Minggu, 08 Oktober 2017

KIMIADASARUNJA'17


REVIEW KIMIA DASAR
PERTEMUAN 4
LUSI SULISTIANI
RRA1C217001

DOSEN PENGAMPU :
Dr. YUSNELTI M.Si


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017












BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dalam suatu reaksi terjadi proses ikatan dimana senyawa pereaksi bereaksi menghasikan senyawa baru (produk).Masalah Seperti yang kita ketahui bahwa air adalah salah satu senyawa paling sederhana dan paling dijumpai serta paling penting. Bangsa Yunani kuno menganggap air adalah salath satu dari empat unsur penysun segala sesuatu (disamping, tanah, udara, dan api). Bagian terkecil daria air adalah molekul air. Molekul adalah partikel yang sangat kecil, sehingga jumlah molekul dalam segelas air melebihi jumlah halaman buku yang ada di bumi ini. Stoikiometri behubungan dengan hubungan kuantitatif antar unsure dalam satu senyawa dan antar zat dalam suatu reaksi. Istilah itu berasal dari Yanani, yaitu dari kata stoicheion, yang berarti unsure dan mentron yang artinya mengukur. Dasar dari semua hitungan stoikiometri adalah pengetahuan tentang massa atom dan massa molekul. Oleh karena itu, stoikiometri akan dimulai dengan membahasa upaya para ahli dalam penentuan massa atom dan massa molekul.


1.2  Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Dapat Mempelajari jenis reaksi kimia secara sistematis
Dapat Menyelesaikan reaksi redoks dari setiap percobaan
Dapat megetahui bagaimana cara menghitung persamaan reaksi
Dapat mempelajari mengenai hasil teoritis dan Hasil Presentasi
Dapat mengetahui cara pembuatan larutan dengan cara mengencerkan
Dapat mempelajari Stoikiometri reaksi dalam larutan.


















BAB II
PEMBAHASAN

REAKSI KIMIA DAN PERSAMAAN REAKSI
Reaksi kimia adalah suatu proses perubahan satu atau lebih zat menjadi satu atau lebih zat yang berbeda-beda. Sedangkan persamaan reaksi kimia menggambarkan perubahan zat- zat yang bereaksi. Persamaan reaksi kimia meliputi rumus kimia dari zat-zat yang pereaksi dan zat-zat hasil reaksi yang dihubungkan dengan tanda panah. Fasa zat-zat yang bereaksi dinyatakan dengan lambang s untuk padat (solid), g untuk gas (gasses), l untuk cair (liquid), dan aq untuk zat-zat terlarut (aquaeus).
Dalam suatu reaksi berlaku hukum kekekalan massa, massa zat-zat yang bereaksi sama dengan massa zat-zat hasil reaksi. Untuk itu suatu persamaan reaksi harus setara, yaitu jumlah atom diruas kiri harus sama dengan jumlah atom diruas kanan. Untuk membuat suatu persamaan reaksi setara ditambahkan koefisien yaitu bilangan didepan rumus.
Persamaan reaksi adalah persamaan yang menggambarkan hubungan zat-zat kimia yang terlibat sebelum dan sesudah reaksi kimia. Persamaan reaksi dinyatakan dengan rumus kimia zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksi, angka koefisien, dan fase/wujud zat.

Zat-zat yang bereaksi disebut pereaksi/reaktan dituliskan di sebelah kiri tanda anak panah, sedangkan zat-zat hasil reaksi atau produk reaksi dituliskan di sebelah kanan tanda anak panah.

Suatu persamaan reaksi kimia dapat ditulis dengan dua cara, yaitu persamaan perkataan dan persamaan simbol. Persamaan perkataan adalah persamaan kimia yang memberi nama pereaksi-pereaksi dan nama hasil reaksinya, misalnya hidrogen bereaksi dengan oksigen menghasilkan air.

Persamaan simbol adalah suatu singkatan dalam menguraikan suatu reaksi kimia. Simbol ini menggunakan rumus kimia dari pereaksi-pereaksi dan hasil reaksi, serta menggunakan tanda tambah (+) dan tanda panah (→). Persamaan reaksi ini menggambarkan hubungan zat-zat yang terlibat sebelum dan sesudah reaksi, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

Perubahan dari pereaksi menjadi hasil reaksi digambarkan dengan tanda anak panah. Angka koefisien menyatakan jumlah partikel dari setiap pereaksi dan hasil reaksi. Angka koefisien dituliskan di depan rumus kimia zat, agar reaksi menjadi setara. Reaksi dikatakan setara jika jumlah atom di kiri sama dengan jumlah atom di kanan tanda anak panah, sehingga sesuai dengan Hukum Kekekalan Massa. [1]

Contoh: natrium hidroksida direaksikan dengan asam klorida menghasilkan natrium klorida dan air.

Maka persamaan reaksinya:

natrium hidroksida + asam klorida → natrium klorida + air

NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O (aq)

NaOH dan HCl disebut pereaksi/reaktan
NaCl dan H2O disebut hasil reaksi

Persamaan reaksi yang sempurna disebut juga persamaan reaksi yang telah setara. Syarat-syarat persamaan reaksi setara sebagai berikut.
  1. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
  2. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama (memenuhi hukum kekekalan massa).
  3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume asalkan suhu dan tekanannya sama).
  4. Pereaksi dan hasil reaksi dinyatakan dengan rumus kimia yang benar.
  5. Wujud zat-zat yang terlibat reaksi harus dinyatakan dalam tanda kurung setelah rumus kimia.
Untuk membuat persamaan reaksi menjadi setara diperbolehkan mengubah jumlah rumus kimia (jumlah molekul atau satuan rumus), tetapi tidak boleh mengubah rumus kimia zat-zat yang terlibat persamaan reaksi. Jumlah satuan rumus kimia disebut koefisien.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aturan persamaan reaksi kimia :

Persamaan reaksi menyatakan kesetaraan jumlah zat-zat yang bereaksi dengan jumlah zat-zat hasil reaksi. Unutuk menyatakannya digunakan rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi, dan wujud zat. Perhatikan contoh berikut:

2Na (s) + Cl2 (g) → 2NaCl (s)

a. Rumus kimia zat-zat

Zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dinyatakan oleh rumus kimianya. Rumus pereaksi diletakkan di ruas kiri dan hasil reaksi diletakkan di ruas kanan. Kedua ruas dihubungkan oleh tanda panah yang menyatakan arah reaksi.

b. Koefisien reaksi

Koefisien reaksi menyatakan jumlah partikel dari setiap pereaksi dan produk reaksi. Pada contoh di atas, 2 molekul Na bereaksi dengan 1 molekul Cl2 menghasilkan 2 molekul NaCl. Koefisien reaksi 1 umumnya tidak ditulis.

Koefisien reaksi diberikan agar persamaan reaksi sesuai dengan Hukum Kekekalam Massa dari Lavoisier, yang menyatakan bahwa:

“ Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”

Karena massa suatu zat berbanding lurus dengan jumlah partikel (atom), maka hukum tersebut dapat pula berarti : 
Jumlah atom dari setiap unsur di ruas kanan = Jumlah atom dari setiap unsur di ruas kiri

Contoh persamaan reaksi setara:
C3H8(g) +  5 O2(g)            3 CO2(g)  +   4 H2O(l)
Pada persamaan reaksi diatas, koefisien  C3H8 = 1, koefisien O2 = 5, koefisien CO2 = 3 dan koefisien H2O = 4. C3H8, O2 dan H2O berwujud gas, sedangkan H2O berwujud cair.
Beberapa jenis reaksi adalah reaksi reduksi oksidasi  (redoks)  dan reaksi asam basa. Konsep reaksi asam basa dikaitkan dengan perpindahan proton, sedangkan reaksi reduksi berkaitan dengan proses perpindahan electron.

Jenis-jenis Reaksi
Ada banyak jenis reaksi kimia. Berikut adalah beberapa contoh:
  • Reaksi Sintesis – Reaksi sintesis adalah salah satu reaksi di mana dua zat bergabung untuk membuat zat baru. Hal ini dapat ditunjukkan dalam persamaan A + B → AB.
  • Reaksi Dekomposisi – Reaksi dekomposisi adalah di mana zat yang kompleks rusak untuk membentuk dua zat terpisah. Hal ini dapat ditunjukkan dalam persamaan AB → A + B. 
  • Reaksi Pembakaran – Reaksi pembakaran terjadi ketika oksigen bergabung dengan senyawa lain untuk membentuk air dan karbon dioksida. Reaksi pembakaran menghasilkan energi dalam bentuk panas.
  • Reaksi Perpindahan tunggal – Reaksi perpindahan tunggal juga disebut reaksi pengganti. Yang berarti itu sebagai reaksi di mana satu senyawa mengambil substansi dari senyawa lain. Persamaan adalah A + BC → AC + B.
  • Reaksi Perpindahan ganda – Reaksi perpindahan ganda juga disebut reaksi metatesis. Anda dapat menganggapnya sebagai dua senyawa mengalami pertukaran. Persamaan adalah AB + CD → AD + CB.
  • Reaksi fotokimia – Reaksi fotokimia adalah salah satu reaksi yang melibatkan foton dari cahaya. Fotosintesis adalah contoh dari jenis reaksi kimia.
·         Reaksi Penggabungan
Dalam reaksi penggabungan dua atau lebih zat tergabung membentuk zat lain. Rumus umum reaksi penggabungan sebagai berikut :
A + B → AB
Contoh:
Reaksi antara hidrogen dengan oksigen membentuk air merupakan reaksi penggabungan.
2H2(g) + O2(g) → 2H2O( )
·         Reaksi Penguraian
Reaksi penguraian merupakan reaksi kebalikan daripada reaksi penggabungan. Dalam reaksi ini satu zat terpecah atau terurai menjadi dua atau lebih zat yang lebih sederhana. Sebagian besar reaksi ini membutuhkan energi berupa kalor, cahaya, dan listrik. Rumus umum
reaksi penguraian sebagai berikut :
AB → A + B
Contoh:
Reaksi penguraian air oleh listrik menghasilkan hidrogen dan oksigen. listrik
2H2O( ) → 2H2(g) + O2(g)
·         Reaksi Penggantian
Reaksi penggantian tunggal terjadi, bila satu unsur menggantikan unsur lain dalam satu senyawa. Untuk menyelesaikan persamaan reaksi penggantian terdapat dua persamaan, yaitu :
a. Pada persoalan, A menggantikan B sebagai berikut:
A + BC → B + AC
b. Pada persoalan, D menggantikan C sebagai berikut:
D + BC → C + BD
Contoh:
Sebuah kawat tembaga dimasukkan ke dalam larutan perak nitrat. Tembaga lebih aktif daripada perak, maka tembaga menggantikan perak membentuk larutan tembaga (II) nitrat berwarna biru. Reaksi antara tembaga dengan perak nitrat, sebagai berikut :
Cu(s) + 2AgNO3(aq) → 2Ag(s) + Cu(NO3)2(aq)

Ciri Reaksi Kimia
Reaksi kimia yang terjadi mengakibatkan beberapa perubahan, antara lain:
1. Terbentuknya Endapan
2. Menghasilkan Gas
3. Perubahan Suhu

Faktor yang Mempengaruhi Reaksi
Ø  Ukuran Partikel
Tumbukan antar zat pereaksi dapat mengakibatkan reaksi kimia pada suatu zat. Semakin banyak terjadi tumbukan, semakin cepat reaksi berlangsung. Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan reaksi suatu zat.
Ø  Suhu
Semakin tinggi suhu reaksi, semakin cepat reaksi berlangsung. Jika suhu dinaikkan akan menyebabkan gerakan partikel-partikel pereaksi semakin cepat. Semakin cepat pergerakan partikel menyebabkan tumbukan antar zat pereaksi bertambah banyak, sehingga reaksi yang terjadi menjadi cepat.
Ada dua istilah zat yang digunakan dalam persamaan dari reaksi ini, yaitu zat reaktan dan zat produk. Reaktan merupakan zat-zat yang bereaksi pada proses kimia ini, sedangkan produk adalah hasil akhir zat baru yang dibentuk dari zat-zat tadi. Menurut John Dalton “pada saat reaksi berlangsung, jenis serta jumlah atom tidak akan berubah, tetapi ikatan kimia dari kedua zat tersebut yang akan berubah.”
Dengan menggunakan rumus persamaan reaksi, maka kita bisa melihat perubahan yang terjadi pada zat tersebut. Sebagai contoh yaitu reaksi antara gas Oksigen dan gas hidrogen yang membentuk zat baru yaitu air, bisa dijelaskan dengan persamaan berikut ini:
2H2(g)+O2(g)2H2O(â„“)
Berikut ini penjelasan dari lambang yang biasanya digunakan dalam suatu persamaan pada reaksi seperti pada contoh di atas tadi:
→ dibaca sebagai “menghasilkan”
+ ditambahkan
(s) menjelaskan wujud zat padat atau solid
(g) menjelaskan wujud zat berupa gas
(â„“) menjelaskan wujud zat berupa cairan atau liquid
(aq) menjelaskan wujud zat yang mudah larut dalam air atau aquous
Sekarang coba kalian perhatikan kembali lambang-lambang pada persamaan contoh reaksi diatas (yang berwarna orange), bisa dikatakan bahwa hidrogen berbentuk gas ditambah oksigen yang berbentuk gas juga akan menghasilkan air yang bentuknya liquid.
Masih pada contoh persamaan untuk reaksi diatas, sekarang kalian coba perhatikan bilangan-bilangan yang posisinya berada di depan rumus kimia dari masing-masing zat tersebut (bilangan berwarna biru). Bilangan tersebut merupakan koefisian persamaan sebuah reaksi atau bisa dikatakan juga bahwa dari contoh diatas, koefisien hidrogen adalah 2, sedangkan koefisien oksigen adalah 1, dan menghasilkan air dengan koefisien 2.
Ada 2 langkah yang digunakan dalam melakukan penulisan dari persamaan susunan reaksi, yaitu:
  1. Baik itu zat pereaksi dan juga zat hasil atau produk, rumus kimianya harus dituliskan lengkap dengan disertai keterangan tentang wujud zatnya (cair, liquid, solid atau aquos).
  2. Penyetaraan dilakukan dengan memberikan koefisien yang sesuai dengan jumlah atom setiap unsur sama pada kedua rumus.
Selain itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat menulis persamaan reaksi, yaitu;
 Langkah untuk menyetarakan reaksi kimia
Untuk dapat melakukan penyetaraan pada persamaan reaksi, kita bisa melakukan beberapa langkah berikut ini:
  • Tetapkan terlebih dahulu salah satu koefisien dalam satu zat. Biasanya mulai dari yang mempunyai rumus paling kompleks dengan memberi sama dengan satu, sedangkan zat lain diberikan koefisien sementara berupa huruf.
  • Setarakan terlebihdahulu unsur yang berkaitan langsung dengan zat yang diberi koefisien satu.
  • Kemudian setarakan juga unsur yang lainnya.
Agar kalian tidak bingung dalam mempelajari persamaan model reaksi, perhatikanlah contoh berikut ini:
Reaksi dari gas metana (CH4) dengan oksigen membentuk gas karbondioksida dan uap air.
Untuk mengerjakan persamaan pola reaksi nya perhatikanlah langkah-langkah berikut:
Pertama kita tuliskan dulu rumus kimia pereaksi dan hasil reaksinya:
CH4(g)+O2(g)→CO2(g)+H2O(g)
Kedua yaitu menetapkan koefisien 1 (satu) pada rumus kima yang paling kompleks. Perhatikan rumus kimia diatas, bisa kita lihat yang paling kompleks adalah CH4 jadi kita berikan koefisien 1 menjadi CH4=1, sedangkan rumus kimia yang lain kita beri koefisien huruf misalnya a,b,c seperti berikut ini:
CH4(g)+aO2(g)→bCO2(g)+cH2O(g)
Berikutnya kita akan menyetarakan atom C serta H dan O dengan cara sebagai berikut:
  • Perhatikan jumlah dari atom C di sebelah kiri adalah 1, berarti jumlah atom di sebelah kanan yaitu b=1 juga.
  • Sekarang perhatikan jumlah dari atom H di sebelah kiri memiliki jumlah 4 (lihat CH4), sedangkan di sebelah kanan ada 2 dengan koefisien c (lihat cH2O) atau bisa kita tulis 2c. Maka untuk bisa menyamakannya 2c harus sama dengan 4 atau bisa ditulis secara matematika menjadi 2c=4, berarti c=4/2 hasilnya adalah c=2.
  • Maka hasil sementara dari reaksinya menjadi CH4(g)+aO2(g)→CO2(g)+2H2O(g)
  • Jika sudah, maka selanjutnya kita setarakan jumlah dari atom O. Di sebelah kiri jumlah dari atom O adalah 2a (perhatikan aO2). Sedangkan pada sisi sebelah kanan jumlah O menjadi 4, yaitu 2 atom O pada COdan dan 2 atom O lagi pada 2H2O (karena tadi nilai c adalah 2 maka satu atom O yang dibelakang dikalikan bilangan 2 di depan H hasilnya 1×2=2). Maka jumlah seluruh atom O dikanan adalah 4.
  • atom O di kiri jumlahnya 2a, sedangkan di kanan 4, maka harus disamakan 2a di kiri harus sama dengan 4 dikanan, atau bisa ditulis 2a=4, menjadi a=4/2, hasilnya a=2. Dengan demikian persamaan bentuk reaksi akhirnya jika ditulis secara lengkap menjadi : CH4(g)+2O2(g)→CO2(g)+2H2O(g)

KONSEP MOLEKUL
Teori atom Dalton dan perkembangan dari daftar Massa Atom ele­men-elemen membuka jalan untuk perhitungan Stoikhiometri, tetapi sebelum ini diterima, kita harus membicarakan terlebih dahulu konsep yang terpenting dalam Stoikhiometri yaitu: Mol.
Dalam duma sekarang ini, pelajaran dari zat dan reaksi kinlia memerlu­kan kemampuan untuk mencoba menentukan sifat dari hasil reaksi kimia. Kita harus dapat menemukan rumus dan menentukan seberapa banyak berbagai zat kimia diperlukan bila kita akan melakukan reaksi kimia. Dengan perkataan lain, kita harus dapat bekerja secara kuantitatif dengan elemen, senyawa dan reaksi kimia. Stoikhiometri (berasal dari bahasa Yunani Stoicheion = elemen dan metron = mengukur) adalah istilah yang dipakai dalam menggambarkan bentuk kuantitatif dari reaksi clan senyawa kimia.
Seperti telah dipelajari, atom bereaksi untuk membentuk molekul dalam perbandingan angka yang mudah dan bulat. Misalnya atom hidrogen dan oksigen, bergabung dalam perbandingan 2:1 untuk mem­bentuk air (H20), atom karbon dan oksiger, bergabung dalam. perban­dingan 1:1 membentuk karbonmonoksida (CO). Setelah mengetahui hal ini, misalkan kita ingin mernbuat karbonmonoksida dari atom karbon dan atom oksigen sedemikian rupa sehingga tak ada atom dari kedua elemen ini yang tersisa. Bila kita hanya memerlukan satu molekul, kita dapat membayangkan akan menggabungkan bersama-sama 1 atom C dan I atom O. Bila dua molekul yang dibutuhkan, diperlukan 2 atom C dan 2 atom 0 dan seterusnya untuk berbagai jumlah yang kita inginkan. Tetapi kita tak dapat bekerja dengan atom-atom, karena mereka sangat kecil. Sebab itu dalam keadaan sebenarnya di Laboratorium kita harus memperbesar ukuran dari sampel sedemikian rupa, sehingga ia dapat dilihat dan dipergunakan, tetapi harus dibuat dengan cara sedemikian rupa, agar dipertahankan perbandingan atom yang sesuai.
Salah satu jalan untuk memperbesar jumlah dalam reaksi kimia adalah bekerja dengan lusinan atom, bukan dengan satuan atom.
1 atom C + I atom 0 à 1 molekul CO
1 lusin atom C + 1 lusin atom 0 à 1 lusin molekul CO
(12 atom C) (12 atom 0) (12 molekul CO)
Perhatikan bahwa perbandingan 1:1 lusinan atom tepat sama perbandingan 1:1 satuan atonyaa sendiri. Jika kita mengambll 2 lusin atom karbon dan 2 lusin atom oksigen (perbandingan 1:1 dari lusinan), dapat dipastikan akan jumlah atom yang sama dari karbon dan oksigen (perbandingan 1:1 atom). Sehingga tidak menjadi masalah jumlah lusinan dari tiap atom yang kita ambil asal jumlah lusinannya sama sehingga perbandingan 1:1 secara lusin dan atom tetap dipertahankan.
Konsep ini sangat penting sekali, sehingga perlu ditinjau dalam kasus lain. Perhatikan zat air (H20). Bila kita ambil atom-atomnya sendiri persamaannya adalah sebagai berikut:
2 atom H + 1 atom à 1 molekul H20
Kemudian kita dapat tingkatkan ukuran reaksi dengan bekerja lusinan atom hidrogen dan oksigen
2 lusin atom H + 1 lusin atom 0 à 1 lusin molekul H20 atau
4 lusin atom H + 2 lusin atom O à 2 lusin molekul H20 atau
6 lusin atom H + 3 lusin atom 0 à 3 lusin molekul H20
Dalam setiap persamaan, tetap dipertahankan perbandingan 2 : 1 antara atom H dan 0 dengan mempertahankan perbandingan 2 : 1 lusinan atom-atom ini.
Sekarang menjadi jelas bahwa bila ada suatu cara untuk menghitung atom secara lusinan, kita dapat mengambilnya berlusin-lusin dalam perbandingan yang tepat sesuai yang diinginkan perbandingan atomnya dan dengan cara ini pasti akan didapat perbandingan atom yang sesuai. Sayangnya selusin atom atau molekul masih terlalu kecil untuk diker­jakan, sebab itu kita harus mengambil satuan yang lebih besar. "Lusin­annya ahli kimia" disebut mole (disingkat mol). Mol ini terdiri dah 6,022 x 10 23 partikel (akan dibicarakan lagi nanti mmgenai asal usul angka lusin dan mol ini, yang disebut bilangan Avogadro)
1 lusin = 12 objek
1 mol = 6,022 x 1023 partikel
Keterangan yang sama untuk lusinan dapat diterapkan juga pada mol. Mol hanyalah suatu jumlah yang lebih besar.
1 mol atom C + 1 mol atom 0 à 1 mol molekul CO atau
1 mol C + 1 mol O à 1 mol CO
(6,022 x 1023atom C) (6,022 x 1023 atom 0) (6,022 x 1023 molekul CO)
Terlihat bahwa bila kita mengambil 1 mol atom karbon dan 1 mol atom oksigen, kita akan mempunyai jumlah atom karbon dan oksigen yang sama dan akan membentuk tepat 1 mol melekul CO, tak ada sisa apa-apa.


PERHITUNGAN BERDASARKAN PERSAMAAN REAKSI
Persamaan reaksi dapat diartikan bermacam-macam. Sebagai contoh dapat kita ambil pembakaran etanol, C2H5OH. alkohol Yang dicampur dengan bensin dalam api yang disebut gasohol.
C2H 5OH + 3 02 à 2 CO2 + 3 H20
Pada tingkat molekul yang submikroskopik itu, kita dapat memandang sebagai reaksi antara molekul-molekul individu.
I molekul C2H5OH + 3 molekul O2 à 2 molekul CO2 + 3 molekul H2O
Reaksi ini merupakan reaksi dalam Skala kecil, dikerjakan dalam labo­ratorium yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya. perbandingan antara atom suatu elemen yang diguna­kan untuk membentuk suatu senyawa sama dengan perbandingan jum­lah molekul atom yang digunakan. Perbandingan atom dan perban­dingan molekul adalah sama (identik).
Cara ini dapat digunakan juga untuk suatu reaksi kimia. Perbanding­an antara molekul yang bereaksi atau yang terbentuk sama dengan perbandingan antara molekul dari zat tersebut yang bereaksi atau yang terbentuk. Jadi untuk pembakaran etanol, dapat juga ditulis:
1 mol C2H5OH + 3mol 02 à 2mol CO2 + 3mol H20
Reaksi ini tidak selalu dimulai dari 1 mol C2H5OH. Jika dibakar 2 molekul etanol, maka:
2 mol C2H5OH + 6mol 02 à 4mol CO2 + 6mol H20
Dengan demikian kita dapat mereaksikan etanol sebanyak yang kita inginkan, tetapi selalu dijumpai bahwa satu molekul C2H5OH membu­tuhkan tiga kali lebih banyak molekul 02 dan setiap satu molekul C2H5OH yang dipakai terbentuk 2 molekul CO2 dan 3 molekul H20 . Data ini kita peroleh dari persamaan reaksi, sebab:
Koefisien dalam suatu persamaan reaksi adalah suatu perbandingan dimana,molekul satu zat bereaksi dengan molekul zat yang berbeda membentuk suatu zat lain.

PERHITUNGAN REAGEN PEMBATAS YANG
DIGUNAKAN UNTUK SUATU REAKSI
Jika kita mereaksikan, senyawa kinila, biasanya kita tidak memperhati­ kan berapa jumlah reagen yang tepat supaya tidak terjadi kelebihan reagen-reagen tersebut. Sering terjadi satu atau lebih reagen berlebih dan bila hal ini terjadi, maka suatu reagen sudah habis digunakan sebelum yang lainnya habis. Sebagai contoh, 5 mol H2 dan 1 mol 02 dicampur dan terjadi reaksi dengan persamaan reaksinya.
2H2 + 02 à 2 H20
Koefisien reaksi itu mengatakan bahwa dalam persamaan tersebut 1 mol 02 akan mampu bereaksi seluruhnya karena kita mempunyai lebih dari 2 mol H2 yang diperlukan. Dengan kata lain, terdapat lebih dari cukup H2 untuk bereaksi sempurna dengan semua 02. Memang, karena kita memulai dengan 5 mol H2, dapatlah kita mengharapkan bahwa ketika reaksi selesai, ada 3 mol H2 yang tersisa tanpa bereaksi.
Dalam contoh ini 02 diacu sebagai pereaksi pembatas (limiting reac­ tant) karena bila habis, tidak ada reaksi lebih lanjut yang dapat terjadi dan tidak ada lagi produk ( H20 ) dapat terbentuk. Bila dikatakan dengan cara lain, dalam campuran khusus 1 mol 02 dan 5 mol H2 , banyaknya 02 inilah yang membatasi banyaknya H20 yang dapat terbentuk.
Dalam memecahkan soal "pereaksi-pembatas", kita harus menge­ nali mana yang merupakan pereaksi pembatas. Kemudian, kita hitung banyaknya produk yang terbentuk yang didasarkan pada banyaknya pereaksi pembatas yang tersedia.



HASIL TEORITIS DAN HASIL PERSENTASE
HASIL PERSENTASE
Hasil persentase (% hasil) suatu reaksi adalah nisbah jumlah produk sesungguhnya yang diperoleh (eksperimental) atau hasil nyata terhadap hasil teoritis dari persamaan reaksi dikali
seratus persen.
Hasil Nyata
% Hasil = x 100%

HASIL TEORITIS
Hasil nyata biasanya lebih kecil dari hasil teoritis.
Jika 68,5 g karbon di dalam udara
a. Berapa hasil teoritis CO2 yang dihasilkan.
b. Jika CO2 hasil eksperimen menghasilkan 237 g CO2
berapakah %  hasil
Penyelesaian
a. Reaksi: C(p) + O2 (g) CO2 (g)
mol C = 68,4 g/12 g mol-1 = 5,7 mol
mol CO2 = 5,7 mol
massa CO2 = 5,7 mol x 44 g mol-1 = 250,8 g
Hasil Nyata
b. % hasil = x 100%
Hasil Teoritis
237 g CO = 2 x 100 % = 94,5 %
250,8 g CO2



REAKSI DALAM LARUTAN
Reaksi dalam Larutan hampir sebagian besar reaksi-reaksi kimia berlangsung dalam larutan. Ada tiga ciri reaksi yang berlangsung dalam larutan, yaitu terbentuk endapan, gas, dan penetralan muatan listrik. Ketiga reaksi tersebut umumnya tergolong reaksi metatesis yang melibatkan ion-ion dalam larutan.
Banyak reaksi berlangsung dimana pereaksi larut dalam pelarut menjadi larutan. Misalnya bubuk natriurn klorida, NaCI, dengan kristal bubuk perak nitrat, AgNO3, tidak terlihat adanya sesuatu terjadi. Tetapi jika kedua senyawa ini masing-masing kita larutkan terlebih dahulu dalam air dan kemudian dicampur, suatu reaksi yang cepat akan terjadi, seperti terlihat pada. Alasan terjadinya perbedaan dalam keadaan yang padat dan keadaan cair tidak begitu sukar untuk dipahanii. Jika kristal dicampur. hanya permukaan luarnya saja yang dapat kontak, yang berarti hanya sebagian kecil pereaksi yang mungkin dapat bereaksi. Jika senyawa ini dilarutkan dalam air, masing-masing partikel pereaksi daiam keadaan bebas dan dapat dengan mudah bercampur dengan molekul air. Jika kedua larutan dicampur, partikel kedua senyawa ini bercampur dan meye­babkan terjadinya reaksi di antara kedua senyawa tersebut lebih cepat.
Persamaan reaksi yang terjadi pada reaksi tersebut adalah
NaCI (aq) + AgNO3(aq) ---) AgCI (s) + NaNO3(aq)
dimana kita menggunakan kata (aq) untuk memperlihatkan NaCI, AgNO3 dan NaNO3(aq) berada dalam keadaan larut dalam pelarut air (aquous solution) dan (s) memperlihatkan AgCI dalam keadaan padat (solid). Cairan yang berbentuk susu kental dari basil reaksi cam­puran yang terlihat disebabkan oleh munculnya zat padat putili AgCl.
Zat padat yang terbentuk dalam larutan sebagai hail suatu reaksi kimia seperti ini disebut endapan (presipitat).
Suatu reaksi kimia dalam larutan tidak selalu dilihat dengan terbentuknya suatu endapan. Dalam beberapa reaksi terbentuk gas, seperti reaksi antara asam klorida dengan natrium karbonat . Kadang-kadang yang terjadi hanya perubahan warna.

PEMBUATAN LARUTAN DENGAN CARA MENGENCERKAN
Salah satu kegiatan dasar yang dilakukan dilaboratorium yaitu pembuatan larutan dan pengenceran. Kegiatan ini termasuk kegiatan yang hampir selalu dilakukan di dalam laboratorium. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya.
Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan adalah molaritas, normalitas, persen berat, persen volume, atau sebagainya. Untuk memperkecil konsentrasi suatu larutan maka dilakukan pengenceran, dengan cara menambahkan pelarut. Selain itu melalui praktikum ini mahasiswa juga diperkenalkan dengan berbagai macam jenis zat larutan dan pelarut, serta tingkat bahaya dari masing masing larutan.
a.     Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain .
konsentrasi larutan dalam kimia, dinyatakan sebagai berikut
1)     Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan.
Molaritas Zat = w/Mr x 1000/v
2)    Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.
N= gr ekivalen/liter larutan
3)    Molalitas (m)
Molalritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilogram larutan.
m = gr/Mr
4)    Persen massa (%(b/b))
Adalah berat bahan yang terkandung dalam 100 gram larutan.
%(massa) = gr/100 gr x 100%
5)    Persen volume (%(v/v))
Adalah volume bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan.
%(volume) = ml/100 ml x 100%
6)    Persen berat per volume %(b/v))
Adalah berat bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan.
%(b/v) = gr/100 ml x 100%
7)    Parts Per Million (ppm)
Untuk larutan antara dua zat penyusunnya. Menyatakan kandungan suatu senyawa dalam larutan.
b.      Pembuatan Larutan
Larutan didefinisikan  sebagai  campuran  homogen  antara  dua atau lebih  zat yang  terdispersi baik sebagai  molekul, atom  maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan  dapat  berupa gas, cairan  atau  padatan. Larutan  encer adalah  larutan  yang  mengandung  sejumlah  kecil  solute,  relatif  terhadap  jumlah  pelarut. Sedangkan larutan pekat  adalah  larutan  yang  mengandung  sebagian  besar  soluteSolute  adalah  zat terlarut, sedangkan  solvent (pelarut)  adalah  medium  dalam  mana  solute  terlarut.
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan adalah molaritas. Molaritas, persen berat, persen volume, atau sebagainya .
Langkah-langkah dalam membuat larutan adalah sebagai berikut.
1.   Bacalah detil resep larutan yang ingin dibuat. Kalau ada yang perlu dihitung, siapkan perhitungan dulu.
2. Kumpulkan bahan kimia yang akan dipakai dan letakkan dekat dengan timbangan digital.
3. Siapkan alat lain yang dibutuhkan (misalnya kertas, sendok, sarung tangan, tisu, beaker, dll)
4.  Ukur jumlah bahan kimia yang dibutuhkan dengan hati-hati.
5. Ketika semua bahan kimia diukur, kembalikan botol-botolnya ke rak, bersihkan alat timbangan serta tempat sekelilingnya, dan bawalah beaker yang berisi bahan kimia ke meja kerja.
6.  Tuangkan akuades yang secukupnya (kurang dari yang ditentukan pada resepnya) ke dalam beaker dan letakkanlah stir bar dengan ukuran yang sesuai kedalamnya. Pakailah alat otomatik stirer dengan kecepatan sedang untuk mengencerkan bahan kimia.
c. Pengenceran
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit.
Rumus sederhana pengenceran adalah sebagai berikut :
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 =  Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan


Pembuatan larutan :

1.  telah diketahui normalitas larutan yang ingin dibuat, dihitung berat bahannya untuk menentukan volume pelarut yang ditambahkan.
2.   Bahan ditimbang sesuai dengan hasil yang telah dihitung.
3.   Bahan dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditambahkan aquadest hingga tanda tera.
4.   Labu ukur dikocok untuk menghomogenkan larutan.
5.   Larutan dimasukkan ke dalam botol larutan.


Pengenceran larutan :
1.     telah diketahui normalitas larutan dan volume larutan yang ingin dibuat, dihitung volume awal sebelum diencerkan.
2.    Larutan dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur.
3.    Labu ukur dikocok untuk mrnghomogenkan larutan.
4.    Larutan dimasukkan ke dalam l botol larutan

STOIKIOMETRI REAKSI DALAM LARUTAN
Banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan dapat diketahui jika volume dan konsentrasi larutan diketahui dengan menggunakan rumus :
n = M x V
Pada dasarnya stoikiometri larutan sama denan stoikiometri reaksi pada umumnya yaitu perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan perbandingan koefisien reaksi
Hitungan Stoikimetri Sederhana
Jika hanya satu data mol zat yang diketahui dari reaksi, maka reaksi ini digolongan ke dalam reaksi stoikiometri sederhana. Untuk mencari penyelesaiannya dapat diikuti langkah - langka berikut:
1. Menuliskan persamaan reaksi setaranya : tujuannnya karena perbandingan mol sama dengan koefisien
2. Menentukan jumlah mol zat yang diketahui.
3. Menentukan jumlah mol zat yang ditanyakan dengan menggunakan konsep perbandingan.
4. Meneyesuaikan jawaban dengan hal yang ditanyakan.

Contoh Soal:
Gas hidrogen dapat dibuat dengan reaksi antara logam seng dengan asam sulfat. Hitunglah volume asam sulfat 2M yang dibutuhkan untuk menghasilkan 6,72 L gas hidrogen pada STP?
Pembahasan:
Langkah - Langkah (jika kalian nanti suadah mahir, maka caranya akan menjadi lebih cepat)
Menuliskan persamaan reaksi setaranya 
Zn + H2SO4 → ZnSO4  +  H2
 
Zat yang datanya diketahui dalam reaksi di atas adalah gas hidrogen.
V = 6,72 L pada STP(ingan 1 mol gas pada STP = 22,4 L)
mol H2 = V/22,4
             = 6,72 L/22,4 L/mol
             = 0,3 mol

Zat yang ditanyakan adalah volume asam sulfat yang dibutuhkan, maka kita menggunakan perbandingan koefisien.
mol H2SO4 = koefisien yang ditanya/ koefisien yang diketahui x mol yang diketahui
                    = 1/1 x 0,3 mol
                    = 0,3 mol
Kemudian baru mencari volume yang dibutuhkan
Volume H2SO4   = V = n/M = 0,3 / 2 = 0,15 L     = 150 mL
                        
Hitungan stoikiometri dengan pereaksi pembatas
Jika ada dua zat yang diketahui datanya, maka ada salah satu zat yang akan habis bereaksi dan yang lain bersisa. Zat yang habis bereaksi ini disebut sebagai pereaksi pembatas. Untuk itu stoikiometri dalam reaksinya disesuaikan dengan perbandingan mol dari zat yang habis bereaksi ini. Untuk lebih mudahnya perhatikanlah contoh berikut:

Contoh:
Hitunglah massa endapan yang terbentuk dari reaksi 50 mL timbal(II)nitrat 0,1 M dengan 50 mL larutan kalium iodida 0,1 M.(Ar Pb = 207, I=127)
Pembahasan:
Pertama tetap kita akan membuat persamaan reaksinya 
Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3
Menentukan pereaksi pembatas:
Jumlah mol Pb(NO3)2  = M x V = 50 mL x 0,1 M    = 5 mmol      
Jumlah mol KI = M x V = 50 mL x 0,1 M = 5 mmol
                                                  
Untuk menentukan perekasi pemabatas maka bagilah mol mula - mula dengan koefisien zat pada reaksi setaranya. Jika nilainya lebih kecil maka zat tersebut yang habis bereaksi.
Pb(NO3)2 = n mula - mula /koefisien = 5/1    = 5             
KI = n mula - mula /koefisien = 5/2 = 2,5
        
Karena hasil bagi KI lebih kecil maka KI bertindak sebagai pereaksi pembatas artinya semua mol KI yang tersedia di awal akan habi bereaksi.

 


Yang ditanyakan adalah massa  yang mengendap.
mol  PbI2 terbentuk = 2,5 mmol
massa PbI = n x Mr =   = 2,5 x 461 = = 1152,5 mg = 1,1525 gram  


















DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. E. 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Tupamahu.1991.Kimia Larutan. Bandung:Citra Aditya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KIMIADASARUNJA'17

REVIEW KIMIA DASAR LUSI SULISTIANI RRA1C217001 DOSEN PENGAMPU : Dr. YUSNELTI M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMA...