REVIEW
KIMIA DASAR
PERTEMUAN
5
LUSI
SULISTIANI
RRA1C217001
DOSEN
PENGAMPU :
Dr.
YUSNELTI M.Si
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, manusia tidak terlepas
dari berbagai bentuk masalah dalam kehidupan ,olehnya para ilmuan selalu
mengkaji persoalan yang terjadi baik dalam lingkungan maupun alam secara keseluruhan.
Dengan hal tersebut sejarah perkembangan yang diangkat lewat latar belakang ini
adalah sejarah perkembangan system periodik unsur mulai dari pengelompokkan
unsur – unsur yang sederhana hingga pengelompokkan yang secara modern. Sistem
priodik merupakan suatu cara untuk mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan
sifatnya. Pengelompokkan unsur mengalami sejarah perkembangan, sifat
logam, non logam, hukum-hukum, golongan, periode, dan sifat-sifat
unsur dalam system periodik modern.
Ilmu kimia secara sejarah merupakan
pengembangan baru, tapi ilmu ini berakar pada alkimia yang telah dipraktikkan
selama berabad-abad di seluruh dunia. Alkimiawan menemukan banyak proses kimia
yang menuntun pada pengembangan kimia modern. Kita sering menemui unsur di
sekitar kita. Apabila kita sebutkan satu per satu akan sangat sulit karena saat
ini telah ditemukan kurang lebih 118 unsur. Sebagian besar merupakan unsur yang
ditemukan di alam dan berjumlah 92, sedangkan unsur lainnya merupakan unsur
buatan. Untuk mempelajari tiap-tiap unsur, pembahasannya sangat kompleks karena
sifat-sifat unsur bervariasi antara satu dengan yang lainnya dan jika kita
mempelajari satu demi satu alangkah sulitnya. Unsur-unsur tersebut perlu
dikelompokkan supaya mudah dalam mempelajarinya.. Hal inilah yang mendorong
para ahli dari dulu untuk mengelompokkan unsur. Bagaimana mengelompokkan
unsur-unsur dengan jumlah yang besar dan sifat yang berbeda-beda?
Pengelompokkan dilakukan dengan
membandingkan sifat-sifat unsur. Dasar pertama yang digunakan untuk
mengelompokkan unsur adalah kemiripan sifat, kemudian kenaikan massa atom, dan
sekarang berdasarkan kenaikan nomor atom. Pengelompokkan unsur mengalami
perkembangan dari pengelompokkan unsur yang paling sederhana berdasarkan sifat
logam dan bukan logam, kemudian disusul sistem triade Dobereiner, sistem oktaf
Newlands, sistem periodik Mendeleyev, dan sistem periodik yang kita
gunakan saat ini (Henry G. Moseley).
1.2
Tujuan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
Dapat mengetahui susunan berkala dan beberapa sifat
Dapat mengetahui susunan berkala tahap pertama
Dapat mengetahui nomor atom dan tabel periodik yang baru
Dapat Mengetahui reaksi Logam dan Nonlogam dan pembentukan senyawa ion
Dapat Mengetahui reaksi antara unsure nonlogam dan Pembentukan senyawa molecular
Dapat Mengetahui beberapa sifat senyawa ionic dan senyawa molecular
Dapat Mengetahui reaksi oksidasi dan reduksi
Dapat Mengetahui cara memberikan nama senyawa kimia
Dapat mengetahui susunan berkala dan beberapa sifat
Dapat mengetahui susunan berkala tahap pertama
Dapat mengetahui nomor atom dan tabel periodik yang baru
Dapat Mengetahui reaksi Logam dan Nonlogam dan pembentukan senyawa ion
Dapat Mengetahui reaksi antara unsure nonlogam dan Pembentukan senyawa molecular
Dapat Mengetahui beberapa sifat senyawa ionic dan senyawa molecular
Dapat Mengetahui reaksi oksidasi dan reduksi
Dapat Mengetahui cara memberikan nama senyawa kimia
BAB II
PEMBAHASAN
SUSUNAN
BERKALA DAN BEBERAPA SIFAT UNSUR
Susunan Berkala disebut
juga sebagai Sistim Periodik unsur-unsur. Dengan ilmu kimia kita dapat
mempelajari segala sesuatu tentang unsur-unsur dan interaksi antara suatu unsur
dengan unsur yang lainnya, sehingga dapat terjadi suatu perubahan kimia (reaksi
kimia persenyawaan dan lain-lain).
Seperti kita ketahui,
telah dikenal lebih dari 100 unsur terdapat di alam dan masing-masing unsur
memiliki sifat-sifat yang berbeda. Oleh karena itu untuk mempelajari kelakukan
setiap unsur, perlu perlu diadakan klasifikasi unsur-unsur dalam
golongan-golongan yang didasarkan atas persamaan sifat-sifatnya.Unsur-unsur
yang memiliki sifat-sifat yang mirip dimasukan kedalam satu golongan, sehingga
dapat dipelajari dengan lebih mudah dan lebih sistimatis, sekaligus dapat melihat
hubungan antara satu hal dengan hal lainnya.
Secara singkat, guna
susunan berkala adalah untuk meramalkan dan mengetahui sifat unsur, sehingga
kita dapat meramalkaan dan mengetahui berbagai gejala/kejadian dialam.
Contohnya :
· Bagi orang geologi, dapat diramalkan bahwa rubidium mungkin terdapat sebagai trace elemen dari mineral potasium.
· Bagi orang kimia, dapat menjelaskkan kenapa Na dapat berikatan dengan Cl, dan hanya atom Cl yang dapat terikat.
· Bagi orang mesin, dapat menjelaskan kenapa logam pada umumnya mudah menghantarkan panas, bersifat magnet.
Contohnya :
· Bagi orang geologi, dapat diramalkan bahwa rubidium mungkin terdapat sebagai trace elemen dari mineral potasium.
· Bagi orang kimia, dapat menjelaskkan kenapa Na dapat berikatan dengan Cl, dan hanya atom Cl yang dapat terikat.
· Bagi orang mesin, dapat menjelaskan kenapa logam pada umumnya mudah menghantarkan panas, bersifat magnet.
Telah dikatakan bahwa
susunan berkala yang sekarang digunakan merupakan fungsi berkala dari nomor
atom. Nomor atom tersebut menunjukan jumlah proton atau jumlah elektron, maka
Susunan Berkala ini disusun berdasarkan konfigurasi elektron dari atom
unsur-unsur. Unsur-unsur dengan konfigurasi elektron yang mirip, mempunyai
sifat kimia dan sifat fisika yang mirip. Berarti konfigurasi elektron
berhubungan dengan sifat unsur.
Susunan Berkala terdiri dari:
· Baris mendatar dengan nomor atom yang berurut disebut PERIODA. Ada tujuh perioda, yaitu Perioda ( I ) s/d ( VII )
· Baris vertikal disebut GRUP atau GOLONGAN
\
Susunan Berkala terdiri dari:
· Baris mendatar dengan nomor atom yang berurut disebut PERIODA. Ada tujuh perioda, yaitu Perioda ( I ) s/d ( VII )
· Baris vertikal disebut GRUP atau GOLONGAN
\
Sifat-sifat Unsur :
1.
Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom ke kulit
terluar. Besarnya jari-jari atom dipengaruhi oleh jumlah kulit elektron dan
muatan inti atom.Dalam suatu golongan, jari-jari atom semakin ke atas cenderung
semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin ke atas, kulit elektron semakin
kecil.Dalam suatu periode, semakin ke kanan jari-jari atom cenderung semakin
kecil. Hal ini terjadi karena semakin ke kanan jumlah proton dan jumlah
elektron semakin banyak, sedangkan jumlah kulit terluar yang terisi elektron
tetap sama sehingga tarikan inti terhadap elektron terluar semakin kuat.
2.
Jari-jari Ion
Ion mempunyai jari-jari yang berbeda secara nyata
(signifikan) jika dibandingkan dengan jari-jari atom netralnya. Ion bermuatan
positif (kation) mempunyai jari-jari yang lebih kecil, sedangkan ion bermuatan
negatif (anion) mempunyai jari-jari yang lebih besar jika dibandingkan dengan
jari-jari atom netralnya.
3.
Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah besarnya energi yang diperlukan
oleh suatu atom/ion untuk melepaskan sebuah elektron yang terikat paling lemah
(elektron teluar).
Energi
ionisasi merupakan energi yang digunakan untuk melawan gaya tarik inti terhadap
elektron terluarnya, jadi semakin jauh dari inti maka semakin kecil energi
ionisasinya dan semakin mudah elektron itu dilepaskan.
Dalam suatu periode semakin banyak elektron dan proton
gaya tarik menarik elektron terluar dengan inti semakin besar (jari-jari
kecil). Akibatnya, elektron sukar lepas sehingga energi untuk melepas elektron
semakin besar. Hal ini berarti energi ionisasi besar. Jika jumlah elektronnya
sedikit, gaya tarik menarik elektron dengan inti lebih kecil (jari-jarinya
semakain besar). Akibatnya, energi untuk melepaskan elektron terluar relatif
lebih kecil berarti energi ionisasi kecil.
·
Unsur-unsur yang segolongan : energi ionisasi makin ke
bawah makin kecil, karena elektron terluar makin jauh dari inti (gaya tarik
inti makin lemah), sehingga elektron terluar makin mudah di lepaskan.
·
Unsur-unsur yan seperiode : energi ionisai pada umumnya
makin ke kanan makin besar, karena makin ke kanan gaya tarik inti makin kuat.
Kekecualian
:
Unsur-unsur
golongan II A memiliki energi ionisasi yang lebih besar dari pada golongan III
A, dan energi ionisasi golongan V A lebih besar dari pada golongan VI A.
4.
Afinitas Elektron
Afinitas Elektron adalah besarnya energi yang
dibebaskan oleh suatu atom untuk menerina sebuah elektron.
Jadi, besaran afinitas elektron merupakan besaran yang
dapat digunakan untuk mudah tidaknya atom untuk menarik elektron. Semakin besar
afinitas elektron yang dimiliki atom itu menunjukan bahwa atom itu mudah
nenarik elektron dari luar dan membentuk ion negatif(anion). Jika ion negatif
yang terbentuk bersifat stabil, maka proses penyerapan elektron itu disertai
pelepasan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda negatif. Akan
tetapi jika ion negatif yang terbentuk tidak stabil, maka proses penyerapan
elektron akan membutuhkan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan
tanda positif. Jadi, unsur yang mempunyai afinitas elektron bertanda negatif
mempunyai kecenderungan lebih besar menyerap elektron daripada unsur yang
afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negatif nilai afinitas elektron
berarti makin besar kecenderungan menyerap elektron.
Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari
semakin kecil dan gaya tarik inti terhadap elektron semakin besar, maka atom
semakin mudah menarik elektron dari luar sehingga afinitas elektron semakin
besar.
Pada satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom
makin besar, sehingga gaya tarik inti terhadap elektron makin kecil, maka atom
semakin sulit menarik elektron dari luar, sehingga afinitas elektron semakin
kecil.
Dalam satu
periode, dari kiri ke kanan afinitas elektron bertambah.
Dalam satu
golongan, dari atas ke bawah afinitas elektron berkurang.
5.
Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom untuk
menarik elektron dari atom lain. Faktor yang mempengaruhi keelektronegatifan
adalah gaya tarik dari inti terhadap elektron dan jari-jari atom. Harga
keelektronegatifan bersifat relatif (berupa perbandingan suatu atom yag lain).
Unsur-unsur yang
segolongan : keelktronegatifan makin ke bawah makin kecil, karena gaya
taik-menarik inti makin lemah. Unsur-unsur bagian bawah dalam sistem periodik
cenderung melepaskan elektron.
Unsur-unsur yang seperiode :
keelektronegatifan makin ke kanan makin besar. Keelektronegatifan terbesar pada
setiap periode dimiliki oleh golongan VII A (unsur-unsur halogen). Harga
keelektronegatifan terbesar terdapat pada flour (F) yakni 4,0, dan harga
terkecil terdapat pada fransium (Fr) yakni 0,7.
Harga keelektronegatifan penting untuk menentukan
bilangan oksidasi (biloks) unsur dalam sutu senyawa. Jika harga
keelektronegatifan besar, berarti unsur yang bersangkutan cenderung menerim elektron
dan membentuk bilangan oksidasi negatif. Jika harga keelektronegatifan kecil,
unsur cenderung melepaskan elektron dan membentuk bilangan oksidasi positif.
Jumlah atom yang diikat bergantung pada elektron valensinya.
6.
Sifat Logam dan Non Logam
Sifat-sifat unsur logam yang spesifik, antara lain :
mengkilap, menghantarkan panas dan listrik, dapat ditempa menjadi lempengan
tipis, serta dapat ditentangkan menjadi kawat/kabel panjang. Sifat-sifat logam
tersebut diatas yang membedakan dengan unsur-unsur bukan logam. Sifat-sifat
logam, dalam sistem periodik makin kebawah makin bertambah, dan makin ke kanan
makin berkurang.
Batas unsur-unsur logam yang terletak di sebelah kiri
dengan batas unsur-unsur bukan logam di sebelah kanan pada sistem periodik sering
digambarkan dengan tangga diagonal bergaris tebal. Unsur-unsur yang berada pada
batas antara logam dengan bukan logam menunjukkan sifat ganda.
Contoh :
1.
Berilium dan Aluminium adalah logam yang memiliki beberapa sifat
bukan logam. Hal ini disebut unsur-unsur amfoter.
2.
Baron dan Silikon adalah unsur bukan logam yang memiliki beberapa
sifat logam. Hal
ini disebut
unsur-unsur metalloid.
7.
Kereaktifan
Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada
sistem periodik, makin ke bawah makin reaktif, karena makin mudah melepaskan
elektron. Unsur-unsur bukan logam pada sistem periodik, makin ke bawah makin
kurang reaktif, karena makin sukar menangkap elektron.
Kereaktifan suatu unsur bergantung pada
kecenderungannya melepas atau menarik elektron. Jadi, unsur logam yang paling
reatif adalah golongan VIIA (halogen). Dari kiri ke kanan dalam satu periode,
mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah hingga golongan VIIA. Golongan
VIIA tidak reaktif.
Susunan
Berkala Tahap Pertama
Sifat
kimia dan fisika seperti yang diuraikan dalam paragraf sebelum ini, telah ditemukan
pada permulaan sejarah ilmu kimia. Ilmuwan pada permulaan tahun 1800, telah
mengumpulkan sejumlah informasi yang sangat penting tentang unsur yang mereka
ketahui.Pengetahuan ini bagaimanapun juga, merupakan kenyataan yang sangat penting
meskipun sebagian-sebagian atau tidak berhubungan yang dibutuhkan dalam
melakukan beberapa percobaan sebelum informasi yang sempurna dapat dicapai.
Pada
permulaannya percobaan-percobaan yang dilakukan untuk mengklasifikasikan unsur
hasilnya sangat terbatas dan tidak sampai pada tahun 1869, pelopor daftar
periodik yang modern menemukan cara untuk germanium yang terletak di bawah
silikon dan di atas timah putih dalam Kelompok IV, belum ditemukan ketika
Mendeleev menyusun daftar ini.
Oleh
karena itu pada pita yang dibuatnya ditemukan kolom yang kosong. Berdasarkan
letak elemen itu, Mendeleev dapat menduga sifat unsur ini yang disebutnya
"eka-silikon", yang harus terletak antara silikon dan timah putih.
Jika kita lihat daftar periodik yang terbaru, kita jumpai unsur-unsur yang
tidak ada dalam daftar Mendeleyev. Kolom ini sangat penting dengan judul Gas
Mulia ("Noble Gases"). Unsur ini sangat tidak reaktif, dalam bentuk
gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, dalam jumlah yang sangat sedikit
diatmosfir. Karena unsur ini tidak dikenal senyawanya, maka para ilmuwan dimana
Mendeleev tidak tahu adanya unsur ini. Setelah unsur ini ditemukan, diketahui
bahwa massa atom argon, agak lebih besar dari kalium (K). Kenyataannya, kalium
jelas masuk dalam unsur Kelompok I dan argon jelas masuk dalam kolompok gas
mulia. Kembali lagi seperti terjadi pada Te dan I, sangat penting menempatkan
sepasang unsur dalam daftar menurut massa atom yang terbalik (reverse). Kebutuhan
untuk memindahkan daftar massa atom dari kedua pasang unsur ini, menyebabkan
para ilmuwan sadar akhimya, bahwa massa atom tidak menentukan sekali dimana
elemen ditempatkan dalam daftar berkala.
Pandangan
Terbaru Tentang Atom
Permasalahan
yang dijumpai jika elemen disusun dalam daftar berkala Mendeleyev
menurut
aturan massa-atom akan hilang, jika
unsur-unsur ini disusun menurut nomor atomnya. Untuk memahami nomor atom, maka
kita harus mula-mula melihat struktur
bagian
dalam dari atom. Pandangan Dalton mengenai atom sebagai bagian yang paling
kecil (partikel) yang tidak dapat dibagi, kita ketahui sekarang bahwa hal ini
tidak benar. Eksperimen-eksperimen yang telah dimulai sejak alkhir abad ke
sembilan betas dan dilanjutkan sampai sekarang memperlihatkan bahwa atom itu
sendiri terdiri dari partikel-partikel subatom. Banyak partikel ini yang
telah diketahui, tetapi suatu yang prinsip, yang sangat penting kita ketahui
adalah proton, neutron, dan elektron. Proton dan elektron
merupakan partikel yang bermuatan listrik. Proton dan elektron ini membawa
muatan yang berbeda, dimana proton mempunyai muatan yang ditetapkan.
Nomor
Atom dan Tabel Periodik yang Baru
Nomor atom adalah angka yang menunjukkan jumlah proton dalam inti atom. Secara
tradisi, nomor atom dilambangkan dengan simbol Z. Karena nomor atom
setiap unsur kimia unik, nomor atom dipakai untuk mengidentifikasi unsur kimia. Misalnya angka
atom hidrogen adalah 1 (satu)
- artinya Hidrogen memiliki proton sejumlah satu.
Unsur Superberat (Superheavy Elements)
Tim peneliti dari Rusia dan Amerika menemukan tiga unsur yakni 115, 117, dan 118. Sedangkan unsur ke empat dengan nomor atom 113 ditemukan oleh ilmuwan Jepang. Elemen ke-113 ini adalah unsur pertama yang pertama ditemukan oleh ras Asia.
Ke empat elemen baru ini tergolong dalam kelas ‘superheavy elements’ atau unsur superberat (SHE) disebabkan nomor atom mereka lebih besar atau sama dengan 112. Unsur yang terletak dalam group ini tidak dapat ditemukan secara langsung dialam. Kimiawan membuat unsur-unsur ini di laboratorium dengan cara menumbukkan dua atom dengan nomor atom yang berbeda secara bersamaan.
Unsur superheavy elements masa hidupnya cukup singkat, hanya beberapa fraksi detik. Setelah itu unsur ini akan meluruh menjadi elemen yang lain. Disebabkan pendeknya umur unsur ini maka penggunaan unsur ini belum diketahui dengan jelas.
Keempat unsur ini masih diberi nama dalam tabel periodik sebagai ununtrium (113), ununpentium (115), Ununseptium (117), dan ununoctium (118). Yang masing masing dilambangkan sebagai Uut, Uup, Uus, dan Uuo.
Tim yang telah menemukan unsur tersebut diberi kehormatan untuk memberikan nama dari penemuan mereka. Menurut aturan IUPAC maka penamaan unsur memiliki konsep mitologi dengan urutan, mineral, tempat atau negara ditemukan, sifat, atau nama ilmuwan penemunya.
Reaksi Logam dan Non logam : Pembentukan Senyawa Ion
Senyawa
ionik adalah senyawa kimia yang terbentuk oleh muatan listrik yang dimiliki
oleh masing-masing ion atom penyusunnya.Biasanya, senyawa ionik terdiri dari
unsur logam bermuatan positif dan non logam bermuatan negatif dan membentuk
struktur kristal.Garam dapur – NaCl – adalah senyawa ionik paling umum yang
ditemukan di alam, yang terdiri dari atom natrium (logam) bermuatan positif dan
atom klor (non logam) bermuatan negatif.Beberapa karakteristik senyawa ionik
antara lain memiliki titik didik dan titik leleh tinggi serta memiliki struktur
berbentuk kristal.
Penamaan
senyawa ionik dilakukan dengan pertama menyebutkan kation (ion bermuatan
positif) dan diikuti dengan penyebutan anion (ion bermuatan negatif).Contoh
nama-nama senyawa dengan ikatan ionik diantaranya adalah natrium klorida,
kalium iodida, perak nitrat, dan merkuri klorida.Jumlah atom kation positif dan
atom anion negatif tidak termasuk dalam struktur penamaan. Sebagai contoh,
perak nitrat dengan rumus kimia AgNO3 tidak memerlukan bentuk jamak untuk
kelompok nitrat.
Contoh:
2Na(s) + Cl2 (g) ==>
2NaCl(s)
Mg(s) + Cl2 (g)
==> MgCl2(s)
Reaksi Diantara
Unsur Non Logam : Pembentukan Senyawa Molekuler
Senyawa
molekul: Mereka biasanya ada dalam keadaan cair atau gas pada suhu dan tekanan
standar. Hal ini karena kekuatan yang lemah tarik-menarik antara atom membentuk
ikatan kovalen.
Senyawa
molekul untuk menjadi lebih singkat yang disebut molekul. Sebagian besar
senyawa molekul yang ada mengandung banyak atom seperti gula pasir, sukrosa,
yang secara kimia ditulis sebagai C12H22O11.
Ini berarti bahwa ia memiliki 12 atom karbon, 22 atom hidrogen, dan 11 atom
oksigen.
Dalam
senyawa molekul, daya tarik atom disebut ikatan kovalen. Senyawa molekul
sebenarnya sama dengan senyawa kovalen ‘”hal-hal yang sama dengan nama yang
berbeda. Senyawa molekul biasanya memiliki sifat konduktivitas listrik sedikit
atau tidak ada. Jenis senyawa yang sering terbentuk antara dua non-logam.
Beberapa Sifat Senyawa Ionik dan Senyawa Molekuler
Pengertian Senyawa Ionik dan Senyawa
Molekul
Senyawa
Ionik: Senyawa ionik biasanya dalam keadaan padat pada suhu dan tekanan standar
(STP). Hal ini karena daya tarik yang kuat antara ion bermuatan positif dan
mereka bermuatan negatif. Mereka membentuk struktur kristal yang disebut kisi kristal.
Senyawa
molekul: Mereka biasanya ada dalam keadaan cair atau gas pada suhu dan tekanan
standar. Hal ini karena kekuatan yang lemah tarik-menarik antara atom membentuk
ikatan kovalen.
Perbedaan antara senyawa ionik dan senyawa molekul ➤ Entalpi fusi (energi panas yang diserap bila padat mencair) dan entalpi penguapan (energi panas yang diserap ketika cairan mendidih) lebih tinggi dalam senyawa ion.
➤ senyawa molekuler lebih mudah terbakar dibandingkan senyawa ion.
➤ senyawa molekuler yang lebih lembut dan lebih fleksibel dibandingkan dengan senyawa ion.
➤ senyawa ionik memiliki titik leleh dan titik didih lebih tinggi dari senyawa molekul.
➤ senyawa ionik bermuatan ion, sedangkan senyawa molekul terdiri dari molekul.
➤ Suatu senyawa ionik dibentuk oleh reaksi dari logam dengan non-logam, sedangkan senyawa molekul biasanya dibentuk oleh reaksi dari dua atau lebih non-logam.
➤ Dalam senyawa ion, ion-ion yang diadakan bersama-sama karena daya tarik listrik, sedangkan, dalam senyawa molekul, atom yang diselenggarakan bersama oleh daya tarik antara atom karena elektron bersama.
➤ Senyawa molekul tidak dapat menghantarkan listrik di setiap keadaan, sedangkan senyawa ion, jika dilarutkan dalam larutan berair, dapat bertindak sebagai konduktor listrik yang baik.
➤ senyawa ionik lebih reaktif daripada senyawa molekuler.
Reaksi
Oksidasi-Reduksi
A. KONSEP REAKSI OKSIDASI REDUKSI
Pengertian oksidasi dan reduksi dapat ditinjau
berdasarkan 3 landasan teori, yaitu :
1. Reaksi Pengikatan dan pelepasan unsur oksigen
Reaksi oksidasi (pengoksigenan) adalah peristiwa
penggabungan suatu zat dengan oksigen.
Contoh:
Si + O2 → SiO2
4 Fe + 3 O2 → 2 Fe2O3
Reaksi oksidasi logam dikenal juga dengan nama
perkaratan. Reaksi pembakaran juga termasuk reaksi oksidasi, misalnya
pembakaran minyak bumi, kertas, kayu bakar, dll.
Reaksi reduksi adalah peristiwa pengeluaran oksigen dari
suatu zat.
Contoh:
2 CuO → 2 Cu + O2
H2O → H2 + O2
2. Reaksi pelepasan dan pengikatan elektron
Reaksi oksidasi dan reduksi juga dapat dibedakan dari
pelepasan dan penangkapan elektron.
Oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron
Contoh:
Na → Na + + e
Zn → Zn +2 + 2e
Al → Al +3 + 3e
Reduksi adalah peristiwa penangkapan elektron
Contoh:
Na + + e → Na
Fe +3 + e → Fe +2
Dari konsep kedua ini dapat disimpulkan bahwa reaksi oksidasi dan reduksi
tidak hanya hanya melibatkan reaksi suatu zat dengan oksigen.
3. Reaksi penambahan dan pengurangan bilangan oksidasi
Oksidasi adalah peristiwa naiknya / bertambahnya
bilangan oksidasi suatu unsur, sedangkan reduksi adalah peristiwa turunnya /
berkurangnya bilangan oksidasi.
B. BILANGAN OKSIDASI
Bilangan oksidasi ( biloks) disebut juga tingkat
oksidasi. Bilangan oksidasi diartikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom
dalam keadaan bebas atau dalam senyawa yang dibentuknya.
Bilangan oksidasi suatu unsur dapat ditentukan dengan
aturan berikut:
1. Biloks atom dalam unsur adalah nol
Contoh Na, Fe, O2 , H2 memiliki biloks
nol
2. Total biloks senyawa adalah nol
Contoh H2O, NaOH, CH3COOH, KNO3 total biloksnya adalah
nol
3. Biloks ion sesuai dengan muatannya
Contoh Na +1 ( = +1), O -2 ( = -2), Fe +3 (= +3)
4. Biloks unsur golongan I A dalam senyawanya adalah + 1
Contoh Biloks atom Na dalam NaCl adalah + 1
5. Biloks unsur golongan II A dalam senyawanya adalah + 2
Contoh: Biloks Ca dalam CaCO3 adalah + 2
6. Biloks unsur golongan VII A dalam senyawa binernya adalah – 1
Contoh: Biloks F dalam senyawa KF dan BaF2 adalah – 1
7. Biloks unsur oksigen dalam senyawanya adalah – 2
Contoh dalam H2O, Na2O, Al2O3
8. Biloks unsur hydrogen dalam senyawanya adalah + 1
Contoh dalam H2O, HCl, H2SO4
Catatan Penting:
Biloks H = -1 dalam senyawa hidrida misal NaH, LiH, CaH2
Biloks O = -1 dalam senyawa peroksida misal H2O2
C. OKSIDATOR DAN REDUKTOR
Oksidator adalah istilah untuk zat yang mengalami
reduksi (biloksnya turun), sedangkan Reduktor adalah zat yang mengalami reaksi
oksidasi (biloksnya naik/bertambah).
Contoh:
Pada reaksi
2Na + 2H2O → 2NaOH
+ H2
Reduktor adalah Na sebab biloksnya naik
dari 0 ke +1
Oksidator adalah H2O sebab biloks H berubah
dari +1 ke 0
Cara Memberi Nama Senyawa Kimia
1. Penamaan Senyawa Biner Ionik
Untuk
penamaan senyawa biner ionik yang dibentuk dari satu unsur logam dan satu unsur
bukan logam, mula-mula dituliskan nama logam tanpa modifikasi dan
diikuti dengan penamaan unsur bukan logam melalui pemberian akhiran ‘ida’.
KCl : Kalium klorida
MgF2: Magnesium fluorida
KO : Kalium oksida
Ada dua sistem penulisan yang umum
dipergunakan :
- Penamaan dengan penulisan bilangan oksidasi memakai angka romawi (SISTEM STOCK).
- Penamaan dengan sistem akhiran ‘O’ untuk kation dengan bilangan oksidasi yang lebih rendah, akhiran ‘i’ untuk kation dengan bilangan oksidasi yang lebih tinggi.
Contoh
Rumus Molekul Sistem Stock Sistem
Akhiran
CrCl2Kromium (II) klorida Kromo
klorida
CrCl3 Kromium (III) klorida Kromi klorida
2. Penamaan Senyawa Biner Kovalen
Penamaan senyawa
biner kovalen yang terdiri dari unsur non-logam dengan unsur non-logam,
mula-mula dituliskan unsur dengan bilangan oksidasi positif. Misalnya kita
tuliskanHCl bukannya CIH. Penamaan dilakukan dengan dasar pemberian awal yang
menyatakan jumlah relatif tiap jenis atom dalam sebuah molekul pemberian awalan
dengan mempergunakan
mono 1 hepta 7
di (bis) 2 okta 8
tri (tris) 3 ona 9
tetra (tetrakis)4 deka 10
penta (pentakis)5 undeka 11
heksa (heksakis)6 dodeka 12
Awalan yang
berada dalam kurung kini jarang dipergunakan dan lebih banyak dipakai
dalam penamaan senyawa
kompleks. Jadi untuk dua oksida utama belerang dapat kita tulis
S02 : belerang dioksida atau
berdasarkan sistem stock : belerang (IV) oksida
SO,belerang trioksida atau
berdasarkan sistem stock : belerang (VI) oksida
Sistem awalan dapat menunjukkan
hubungan antara nama dan rumus dengan tepat, sedangkan sistem stock
ternyata tak selalu dapat menampakkan hubungan nama dan rumus.
3. Penamaan Asam-asam Biner
Adasegolongan
senyawa biner kovalen yang dalam keadaan tertentu dapat melepaskan
ion-ion hidrogen (H+) sehingga senyawa tersebut dikenal sebagai suatu
‘asam’. Asam-asam biner penting sangat terbatas jumlahnya. Penamaannya
berdasarkan gabungan dari awalan ‘hidro’ dengan nama bukan logam yang
diberi akhiran ‘at’.
Contoh:
HF asam hidrofluorat (asam fluorida)
HBr asam hidrobromat (asam bromat)
H2S asam hidrosulforat
(asam sulfida)
4. Penamaan Senyawa Poliatomik
Senyawa poliatomik merupakan senyawa
yang mengandung ion poliatomik. Ionpoliatomik terdiri dari dua atom atau lebih
yang terikat bersama. Anion poliatomik umumnyalebih banyak dibandingkan dengan
jenis kation pliatomik. Unsur yang banyak terdapat pada anion pliatomik adalah
oksigen. Oksigen yang terikat dengan atom bukan logam lainnyadisebut
oksoanion.. Sejumlah unsur tertentu membentuk deret oksoanion yang mengandung
jumlah atom oksigen yang berbeda-beda. Tabel kation dan anion
Tabel Anion
No
|
Rumus
|
Nama Ion
|
No
|
Rumus
|
Nama Ion
|
1
|
NH4+
|
Amonium
|
19
|
AsO33-
|
Arsenit
|
2
|
O2-
|
Oksida
|
20
|
AsO43-
|
Arsenat
|
3
|
F–
|
Florida
|
21
|
SbO33-
|
Antimonit
|
4
|
Cl–
|
Klorida
|
22
|
SbO43-
|
Antimonat
|
5
|
Br–
|
Bromida
|
23
|
ClO–
|
Hipoklorit
|
6
|
I–
|
Iodida
|
24
|
ClO2–
|
Klorit
|
7
|
CN–
|
Sianida
|
25
|
ClO3–
|
Klorat
|
8
|
S2-
|
Sulfida
|
26
|
ClO4–
|
Perklorat
|
9
|
CO32-
|
Karbonat
|
27
|
MnO4–
|
Permanganat
|
10
|
SiO32-
|
Silikat
|
28
|
MnO42-
|
Manganat
|
11
|
C2O42-
|
Oksalat
|
29
|
CrO42-
|
Kromat
|
12
|
CH3COO/C2H3O2–
|
Asetat
|
30
|
Cr2O72-
|
Dikromat
|
13
|
SO32-
|
Sulfit
|
31
|
OH–
|
Hidroksida
|
14
|
SO42-
|
Sulfat
|
32
|
HSO3–
|
Bisulfit
|
15
|
NO2–
|
Nitrit
|
33
|
HPO42-
|
Hidrogen Fosfat
|
16
|
NO3–
|
Nitrat
|
34
|
H2PO4–
|
Dihidrogen
Fosfat
|
17
|
PO33-
|
Fosfit
|
35
|
BO33-
|
Borat
|
18
|
PO43-
|
Fosfat
|
Tabel Kation
No
|
Rumus
|
Nama Ion
|
No
|
Rumus
|
Nama Ion
|
1
|
Na+
|
Natrium
|
13
|
Pb2+
|
Plumbum/Timbal
(II)
|
2
|
K+
|
Kalium
|
14
|
Pb4+
|
Plumbum/Timbal
(IV)
|
3
|
Mg2+
|
Magnesium
|
15
|
Fe2+
|
Ferrum/Besi
(II)
|
4
|
Ca2+
|
Kalsium
|
16
|
Fe3+
|
Ferrum/Besi
(III)
|
5
|
Sr2+
|
Stronsium
|
17
|
Hg+
|
Hidrargium/Raksa
(I)
|
6
|
Ba2+
|
Barium
|
18
|
Hg2+
|
Hidrargium/Raksa
(II)
|
7
|
Al3+
|
Alumunium
|
19
|
Cu+
|
Cupper/Tembaga
(I)
|
8
|
Zn2+
|
Zink /
Seng
|
20
|
Cu2+
|
Cupper/Tembaga
(II)
|
9
|
Ni2+
|
Nikel
|
21
|
Au+
|
Aurum/Emas
(I)
|
10
|
Ag2+
|
Argentum /
Perak
|
22
|
Au3+
|
Aurum/Emas
(III)
|
11
|
Sn2+
|
Stanum/Timah
(II)
|
23
|
Pt4+
|
Platina
(IV)
|
12
|
Sn4+
|
Stanum/Timah
(IV)
|
Penamaan senyawa poliatom bergantung
pada muatan masing-masing ionnya. Contohnya
CaCO3 : Kalsium Karbonat
BaSO4 : Barium Sulfat
CaCO3 : Kalsium Karbonat
BaSO4 : Barium Sulfat
5.
Penamaan
Senyawa Organik Sederhana
Golongan
(Rumus Umum)
|
Rumus
Molekul
|
Nama
|
Rumus
Molekul
|
Nama
|
Alkana (CnH2n+2)
Alkena (CnH2n)
|
CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
C2H4
C3H6
C4H8
C5H10
C6H12
|
Metana
Etana
Propana
Butana
Pentana
Etena
Propena
Butena
Pentena
heksena
|
C6H14
C7H16
C8H18
C9H20
C10H22
C7H14
C8H16
C9H18
C10H20
|
Heksana
Heptana
Oktana
Nonana
Dekana
Heptena
Oktena
Nonena
dekena
|
DAFTAR PUSTAKA
https://mediabelajaronline.blogspot.co.id/2010/03/reaksi-reduksi-dan-oksidasi.html
https://blognyedewi.wordpress.com/tag/susunan-berkala-mendeleev-dan-meyer/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar