Kamis, 26 Oktober 2017

KIMIADASARUNJA'17


REVIEW KIMIA DASAR
PERTEMUAN 5

LUSI SULISTIANI
RRA1C217001

DOSEN PENGAMPU :
Dr. YUSNELTI M.Si


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017







BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, manusia tidak terlepas dari berbagai bentuk masalah dalam kehidupan ,olehnya para ilmuan selalu mengkaji persoalan yang terjadi baik dalam lingkungan maupun alam secara keseluruhan. Dengan hal tersebut sejarah perkembangan yang diangkat lewat latar belakang ini adalah sejarah perkembangan system periodik unsur mulai dari pengelompokkan unsur – unsur yang sederhana hingga pengelompokkan yang secara modern. Sistem priodik merupakan suatu cara untuk mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan sifatnya. Pengelompokkan unsur mengalami  sejarah perkembangan, sifat logam, non logam, hukum-hukum, golongan, periode, dan sifat-sifat unsur  dalam system periodik modern.
Ilmu kimia secara sejarah merupakan pengembangan baru, tapi ilmu ini berakar pada alkimia yang telah dipraktikkan selama berabad-abad di seluruh dunia. Alkimiawan menemukan banyak proses kimia yang menuntun pada pengembangan kimia modern.  Kita sering menemui unsur di sekitar kita. Apabila kita sebutkan satu per satu akan sangat sulit karena saat ini telah ditemukan kurang lebih 118 unsur. Sebagian besar merupakan unsur yang ditemukan di alam dan berjumlah 92, sedangkan unsur lainnya merupakan unsur buatan. Untuk mempelajari tiap-tiap unsur, pembahasannya sangat kompleks karena sifat-sifat unsur bervariasi antara satu dengan yang lainnya dan jika kita mempelajari satu demi satu alangkah sulitnya. Unsur-unsur tersebut perlu dikelompokkan supaya mudah dalam mempelajarinya.. Hal inilah yang mendorong para ahli dari dulu untuk mengelompokkan unsur. Bagaimana mengelompokkan unsur-unsur dengan jumlah yang besar dan sifat yang berbeda-beda?
Pengelompokkan dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat unsur. Dasar pertama yang digunakan untuk mengelompokkan unsur adalah kemiripan sifat, kemudian kenaikan massa atom, dan sekarang berdasarkan kenaikan nomor atom. Pengelompokkan unsur  mengalami perkembangan dari pengelompokkan unsur yang paling sederhana berdasarkan sifat logam dan bukan logam, kemudian disusul sistem triade Dobereiner, sistem oktaf  Newlands, sistem periodik  Mendeleyev, dan sistem periodik yang kita gunakan saat ini (Henry G. Moseley).

1.2  Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 
Dapat mengetahui susunan berkala dan beberapa sifat 
Dapat mengetahui susunan berkala tahap pertama
Dapat mengetahui nomor atom dan tabel periodik yang baru 
Dapat Mengetahui reaksi Logam dan Nonlogam dan pembentukan senyawa ion
Dapat Mengetahui reaksi antara unsure nonlogam dan Pembentukan senyawa molecular
Dapat  Mengetahui beberapa sifat senyawa ionic dan senyawa molecular 
Dapat Mengetahui reaksi oksidasi dan reduksi
Dapat  Mengetahui cara memberikan nama senyawa kimia

BAB II
PEMBAHASAN

SUSUNAN BERKALA DAN BEBERAPA SIFAT UNSUR
Susunan Berkala disebut juga sebagai Sistim Periodik unsur-unsur. Dengan ilmu kimia kita dapat mempelajari segala sesuatu tentang unsur-unsur dan interaksi antara suatu unsur dengan unsur yang lainnya, sehingga dapat terjadi suatu perubahan kimia (reaksi kimia persenyawaan dan lain-lain).
Seperti kita ketahui, telah dikenal lebih dari 100 unsur terdapat di alam dan masing-masing unsur memiliki sifat-sifat yang berbeda. Oleh karena itu untuk mempelajari kelakukan setiap unsur, perlu perlu diadakan klasifikasi unsur-unsur dalam golongan-golongan yang didasarkan atas persamaan sifat-sifatnya.Unsur-unsur yang memiliki sifat-sifat yang mirip dimasukan kedalam satu golongan, sehingga dapat dipelajari dengan lebih mudah dan lebih sistimatis, sekaligus dapat melihat hubungan antara satu hal dengan hal lainnya.
Secara singkat, guna susunan berkala adalah untuk meramalkan dan mengetahui sifat unsur, sehingga kita dapat meramalkaan dan mengetahui berbagai gejala/kejadian dialam.
Contohnya :
· Bagi orang geologi, dapat diramalkan bahwa rubidium mungkin terdapat sebagai trace elemen dari mineral potasium.
· Bagi orang kimia, dapat menjelaskkan kenapa Na dapat berikatan dengan Cl, dan hanya atom Cl yang dapat terikat.
· Bagi orang mesin, dapat menjelaskan kenapa logam pada umumnya mudah menghantarkan panas, bersifat magnet.
Telah dikatakan bahwa susunan berkala yang sekarang digunakan merupakan fungsi berkala dari nomor atom. Nomor atom tersebut menunjukan jumlah proton atau jumlah elektron, maka Susunan Berkala ini disusun berdasarkan konfigurasi elektron dari atom unsur-unsur. Unsur-unsur dengan konfigurasi elektron yang mirip, mempunyai sifat kimia dan sifat fisika yang mirip. Berarti konfigurasi elektron berhubungan dengan sifat unsur.
Susunan Berkala terdiri dari:
· Baris mendatar dengan nomor atom yang berurut disebut PERIODA. Ada tujuh perioda, yaitu Perioda ( I ) s/d ( VII )
· Baris vertikal disebut GRUP atau GOLONGAN














\
 








Sifat-sifat Unsur :

1.  Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom ke kulit terluar. Besarnya jari-jari atom dipengaruhi oleh jumlah kulit elektron dan muatan inti atom.Dalam suatu golongan, jari-jari atom semakin ke atas cenderung semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin ke atas, kulit elektron semakin kecil.Dalam suatu periode, semakin ke kanan jari-jari atom cenderung semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin ke kanan jumlah proton dan jumlah elektron semakin banyak, sedangkan jumlah kulit terluar yang terisi elektron tetap sama sehingga tarikan inti terhadap elektron terluar semakin kuat.

2.  Jari-jari Ion
Ion mempunyai jari-jari yang berbeda secara nyata (signifikan) jika dibandingkan dengan jari-jari atom netralnya. Ion bermuatan positif (kation) mempunyai jari-jari yang lebih kecil, sedangkan ion bermuatan negatif (anion) mempunyai jari-jari yang lebih besar jika dibandingkan dengan jari-jari atom netralnya.

3.     Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah besarnya energi yang diperlukan oleh suatu atom/ion untuk melepaskan sebuah elektron yang terikat paling lemah (elektron teluar).
Energi ionisasi merupakan energi yang digunakan untuk melawan gaya tarik inti terhadap elektron terluarnya, jadi semakin jauh dari inti maka semakin kecil energi ionisasinya dan semakin mudah elektron itu dilepaskan.
Dalam suatu periode semakin banyak elektron dan proton gaya tarik menarik elektron terluar dengan inti semakin besar (jari-jari kecil). Akibatnya, elektron sukar lepas sehingga energi untuk melepas elektron semakin besar. Hal ini berarti energi ionisasi besar. Jika jumlah elektronnya sedikit, gaya tarik menarik elektron dengan inti lebih kecil (jari-jarinya semakain besar). Akibatnya, energi untuk melepaskan elektron terluar relatif lebih kecil berarti energi ionisasi kecil.
·         Unsur-unsur yang segolongan : energi ionisasi makin ke bawah makin kecil, karena elektron terluar makin jauh dari inti (gaya tarik inti makin lemah), sehingga elektron terluar makin mudah di lepaskan.
·         Unsur-unsur yan seperiode : energi ionisai pada umumnya makin ke kanan makin besar, karena makin ke kanan gaya tarik inti makin kuat.
Kekecualian :
Unsur-unsur golongan II A memiliki energi ionisasi yang lebih besar dari pada golongan III A, dan energi ionisasi golongan V A lebih besar dari pada golongan VI A.

4.     Afinitas Elektron
Afinitas Elektron adalah besarnya energi yang dibebaskan oleh suatu atom untuk menerina sebuah elektron.
Jadi, besaran afinitas elektron merupakan besaran yang dapat digunakan untuk mudah tidaknya atom untuk menarik elektron. Semakin besar afinitas elektron yang dimiliki atom itu menunjukan bahwa atom itu mudah nenarik elektron dari luar dan membentuk ion negatif(anion). Jika ion negatif yang terbentuk bersifat stabil, maka proses penyerapan elektron itu disertai pelepasan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda negatif. Akan tetapi jika ion negatif yang terbentuk tidak stabil, maka proses penyerapan elektron akan membutuhkan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda positif. Jadi, unsur yang mempunyai afinitas elektron bertanda negatif mempunyai kecenderungan lebih besar menyerap elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negatif nilai afinitas elektron berarti makin besar kecenderungan menyerap elektron.
Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari semakin kecil dan gaya tarik inti terhadap elektron semakin besar, maka atom semakin mudah menarik elektron dari luar sehingga afinitas elektron semakin besar.
Pada satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom makin besar, sehingga gaya tarik inti terhadap elektron makin kecil, maka atom semakin sulit menarik elektron dari luar, sehingga afinitas elektron semakin kecil.
Dalam satu periode, dari kiri ke kanan afinitas elektron bertambah.
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah afinitas elektron berkurang.

5.     Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom untuk menarik elektron dari atom lain. Faktor yang mempengaruhi keelektronegatifan adalah gaya tarik dari inti terhadap elektron dan jari-jari atom. Harga keelektronegatifan bersifat relatif (berupa perbandingan suatu atom yag lain).
       Unsur-unsur yang segolongan : keelktronegatifan makin ke bawah makin kecil, karena gaya taik-menarik inti makin lemah. Unsur-unsur bagian bawah dalam sistem periodik cenderung melepaskan elektron.
     Unsur-unsur yang seperiode : keelektronegatifan makin ke kanan makin besar. Keelektronegatifan terbesar pada setiap periode dimiliki oleh golongan VII A (unsur-unsur halogen). Harga keelektronegatifan terbesar terdapat pada flour (F) yakni 4,0, dan harga terkecil terdapat pada fransium (Fr) yakni 0,7.
Harga keelektronegatifan penting untuk menentukan bilangan oksidasi (biloks) unsur dalam sutu senyawa. Jika harga keelektronegatifan besar, berarti unsur yang bersangkutan cenderung menerim elektron dan membentuk bilangan oksidasi negatif. Jika harga keelektronegatifan kecil, unsur cenderung melepaskan elektron dan membentuk bilangan oksidasi positif. Jumlah atom yang diikat bergantung pada elektron valensinya. 

6.     Sifat Logam dan Non Logam
Sifat-sifat unsur logam yang spesifik, antara lain : mengkilap, menghantarkan panas dan listrik, dapat ditempa menjadi lempengan tipis, serta dapat ditentangkan menjadi kawat/kabel panjang. Sifat-sifat logam tersebut diatas yang membedakan dengan unsur-unsur bukan logam. Sifat-sifat logam, dalam sistem periodik makin kebawah makin bertambah, dan makin ke kanan makin berkurang.
Batas unsur-unsur logam yang terletak di sebelah kiri dengan batas unsur-unsur bukan logam di sebelah kanan pada sistem periodik sering digambarkan dengan tangga diagonal bergaris tebal. Unsur-unsur yang berada pada batas antara logam dengan bukan logam menunjukkan sifat ganda.
Contoh :
1.      Berilium dan Aluminium adalah logam yang memiliki beberapa sifat bukan logam. Hal ini disebut unsur-unsur amfoter.
2.      Baron dan Silikon adalah unsur bukan logam yang memiliki beberapa sifat logam. Hal
ini disebut unsur-unsur metalloid.

7.      Kereaktifan
Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada sistem periodik, makin ke bawah makin reaktif, karena makin mudah melepaskan elektron. Unsur-unsur bukan logam pada sistem periodik, makin ke bawah makin kurang reaktif, karena makin sukar menangkap elektron.
Kereaktifan suatu unsur bergantung pada kecenderungannya melepas atau menarik elektron. Jadi, unsur logam yang paling reatif adalah golongan VIIA (halogen). Dari kiri ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah hingga golongan VIIA. Golongan VIIA tidak reaktif.

Susunan Berkala Tahap Pertama
Sifat kimia dan fisika seperti yang diuraikan dalam paragraf sebelum ini, telah ditemukan pada permulaan sejarah ilmu kimia. Ilmuwan pada permulaan tahun 1800, telah mengumpulkan sejumlah informasi yang sangat penting tentang unsur yang mereka ketahui.Pengetahuan ini bagaimanapun juga, merupakan kenyataan yang sangat penting meskipun sebagian-sebagian atau tidak berhubungan yang dibutuhkan dalam melakukan beberapa percobaan sebelum informasi yang sempurna dapat dicapai.
Pada permulaannya percobaan-percobaan yang dilakukan untuk mengklasifikasikan unsur hasilnya sangat terbatas dan tidak sampai pada tahun 1869, pelopor daftar periodik yang modern menemukan cara untuk germanium yang terletak di bawah silikon dan di atas timah putih dalam Kelompok IV, belum ditemukan ketika Mendeleev menyusun daftar ini.
Oleh karena itu pada pita yang dibuatnya ditemukan kolom yang kosong. Berdasarkan letak elemen itu, Mendeleev dapat menduga sifat unsur ini yang disebutnya "eka-silikon", yang harus terletak antara silikon dan timah putih. Jika kita lihat daftar periodik yang terbaru, kita jumpai unsur-unsur yang tidak ada dalam daftar Mendeleyev. Kolom ini sangat penting dengan judul Gas Mulia ("Noble Gases"). Unsur ini sangat tidak reaktif, dalam bentuk gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, dalam jumlah yang sangat sedikit diatmosfir. Karena unsur ini tidak dikenal senyawanya, maka para ilmuwan dimana Mendeleev tidak tahu adanya unsur ini. Setelah unsur ini ditemukan, diketahui bahwa massa atom argon, agak lebih besar dari kalium (K). Kenyataannya, kalium jelas masuk dalam unsur Kelompok I dan argon jelas masuk dalam kolompok gas mulia. Kembali lagi seperti terjadi pada Te dan I, sangat penting menempatkan sepasang unsur dalam daftar menurut massa atom yang terbalik (reverse). Kebutuhan untuk memindahkan daftar massa atom dari kedua pasang unsur ini, menyebabkan para ilmuwan sadar akhimya, bahwa massa atom tidak menentukan sekali dimana elemen ditempatkan dalam daftar berkala.

Pandangan Terbaru Tentang Atom

Permasalahan yang dijumpai jika elemen disusun dalam daftar berkala Mendeleyev
menurut aturan massa-atom akan hilang,  jika unsur-unsur ini disusun menurut nomor atomnya. Untuk memahami nomor atom, maka kita harus mula-mula melihat struktur
bagian dalam dari atom. Pandangan Dalton mengenai atom sebagai bagian yang paling kecil (partikel) yang tidak dapat dibagi, kita ketahui sekarang bahwa hal ini tidak benar. Eksperimen-eksperimen yang telah dimulai sejak alkhir abad ke sembilan betas dan dilanjutkan sampai sekarang memperlihatkan bahwa atom itu sendiri terdiri dari partikel-partikel subatom. Banyak partikel ini yang telah diketahui, tetapi suatu yang prinsip, yang sangat penting kita ketahui adalah proton, neutron, dan elektron. Proton dan elektron merupakan partikel yang bermuatan listrik. Proton dan elektron ini membawa muatan yang berbeda, dimana proton mempunyai muatan yang ditetapkan.

Nomor Atom dan Tabel Periodik yang Baru

Nomor atom adalah angka yang menunjukkan jumlah proton dalam inti atom. Secara tradisi, nomor atom dilambangkan dengan simbol Z. Karena nomor atom setiap unsur kimia unik, nomor atom dipakai untuk mengidentifikasi unsur kimia. Misalnya angka atom hidrogen adalah 1 (satu) - artinya Hidrogen memiliki proton sejumlah satu.

Tabel periodik kita semakin lengkap dengan kehadiran empat unsur terbaru yakni dengan nomor atom: 113,115, 117, dan 118. Keempat elemen ini akhirnya menyempurnakan kekosongan tabel periodik yang masih kosong di periode tujuh.
Unsur Superberat (Superheavy Elements)
Tim peneliti dari Rusia dan Amerika menemukan tiga unsur yakni 115, 117, dan 118. Sedangkan unsur ke empat dengan nomor atom 113 ditemukan oleh ilmuwan Jepang. Elemen ke-113 ini adalah unsur pertama yang pertama ditemukan oleh ras Asia.
Ke empat elemen baru ini tergolong dalam kelas ‘superheavy elements’ atau unsur superberat (SHE) disebabkan nomor atom mereka lebih besar atau sama dengan 112. Unsur yang terletak dalam group ini tidak dapat ditemukan secara langsung dialam. Kimiawan membuat unsur-unsur ini di laboratorium dengan cara menumbukkan dua atom dengan nomor atom yang berbeda secara bersamaan.
Unsur superheavy elements masa hidupnya cukup singkat, hanya beberapa fraksi detik. Setelah itu unsur ini akan meluruh menjadi elemen yang lain. Disebabkan pendeknya umur unsur ini maka penggunaan unsur ini belum diketahui dengan jelas.
Keempat unsur ini masih diberi nama dalam tabel periodik sebagai ununtrium (113), ununpentium (115), Ununseptium (117), dan ununoctium (118). Yang masing masing dilambangkan sebagai Uut, Uup, Uus, dan Uuo.
Tim yang telah menemukan unsur tersebut diberi kehormatan untuk memberikan nama dari penemuan mereka. Menurut aturan IUPAC maka penamaan unsur memiliki konsep mitologi dengan urutan, mineral, tempat atau negara ditemukan, sifat, atau nama ilmuwan penemunya.
Reaksi Logam dan Non logam : Pembentukan Senyawa Ion
Senyawa ionik adalah senyawa kimia yang terbentuk oleh muatan listrik yang dimiliki oleh masing-masing ion atom penyusunnya.Biasanya, senyawa ionik terdiri dari unsur logam bermuatan positif dan non logam bermuatan negatif dan membentuk struktur kristal.Garam dapur – NaCl – adalah senyawa ionik paling umum yang ditemukan di alam, yang terdiri dari atom natrium (logam) bermuatan positif dan atom klor (non logam) bermuatan negatif.Beberapa karakteristik senyawa ionik antara lain memiliki titik didik dan titik leleh tinggi serta memiliki struktur berbentuk kristal.
Penamaan senyawa ionik dilakukan dengan pertama menyebutkan kation (ion bermuatan positif) dan diikuti dengan penyebutan anion (ion bermuatan negatif).Contoh nama-nama senyawa dengan ikatan ionik diantaranya adalah natrium klorida, kalium iodida, perak nitrat, dan merkuri klorida.Jumlah atom kation positif dan atom anion negatif tidak termasuk dalam struktur penamaan. Sebagai contoh, perak nitrat dengan rumus kimia AgNO3 tidak memerlukan bentuk jamak untuk kelompok nitrat.
Contoh:
            2Na(s)   +  Cl2 (g) ==>    2NaCl(s)
            Mg(s)    +  Cl2 (g)    ==>  MgCl2(s)


 Reaksi Diantara Unsur Non Logam : Pembentukan Senyawa Molekuler
Senyawa molekul: Mereka biasanya ada dalam keadaan cair atau gas pada suhu dan tekanan standar. Hal ini karena kekuatan yang lemah tarik-menarik antara atom membentuk ikatan kovalen.
Senyawa molekul untuk menjadi lebih singkat yang disebut molekul. Sebagian besar senyawa molekul yang ada mengandung banyak atom seperti gula pasir, sukrosa, yang secara kimia ditulis sebagai C12H22O11. Ini berarti bahwa ia memiliki 12 atom karbon, 22 atom hidrogen, dan 11 atom oksigen.
Dalam senyawa molekul, daya tarik atom disebut ikatan kovalen. Senyawa molekul sebenarnya sama dengan senyawa kovalen ‘”hal-hal yang sama dengan nama yang berbeda. Senyawa molekul biasanya memiliki sifat konduktivitas listrik sedikit atau tidak ada. Jenis senyawa yang sering terbentuk antara dua non-logam.

Beberapa Sifat Senyawa Ionik dan Senyawa Molekuler

Pengertian Senyawa Ionik dan Senyawa Molekul
Senyawa Ionik: Senyawa ionik biasanya dalam keadaan padat pada suhu dan tekanan standar (STP). Hal ini karena daya tarik yang kuat antara ion bermuatan positif dan mereka bermuatan negatif. Mereka membentuk struktur kristal yang disebut kisi kristal.
Senyawa molekul: Mereka biasanya ada dalam keadaan cair atau gas pada suhu dan tekanan standar. Hal ini karena kekuatan yang lemah tarik-menarik antara atom membentuk ikatan kovalen.
Perbedaan antara senyawa ionik dan senyawa molekul
Entalpi fusi (energi panas yang diserap bila padat mencair) dan entalpi penguapan (energi panas yang diserap ketika cairan mendidih) lebih tinggi dalam senyawa ion.
senyawa molekuler lebih mudah terbakar dibandingkan senyawa ion.
senyawa molekuler yang lebih lembut dan lebih fleksibel dibandingkan dengan senyawa ion.
senyawa ionik memiliki titik leleh dan titik didih lebih tinggi dari senyawa molekul.
senyawa ionik bermuatan ion, sedangkan senyawa molekul terdiri dari molekul.
Suatu senyawa ionik dibentuk oleh reaksi dari logam dengan non-logam, sedangkan senyawa molekul biasanya dibentuk oleh reaksi dari dua atau lebih non-logam.
Dalam senyawa ion, ion-ion yang diadakan bersama-sama karena daya tarik listrik, sedangkan, dalam senyawa molekul, atom yang diselenggarakan bersama oleh daya tarik antara atom karena elektron bersama.
Senyawa molekul tidak dapat menghantarkan listrik di setiap keadaan, sedangkan senyawa ion, jika dilarutkan dalam larutan berair, dapat bertindak sebagai konduktor listrik yang baik.
senyawa ionik lebih reaktif daripada senyawa molekuler.


                                      Reaksi Oksidasi-Reduksi      
A. KONSEP REAKSI OKSIDASI REDUKSI
    Pengertian oksidasi dan reduksi dapat ditinjau berdasarkan 3 landasan teori, yaitu :
1. Reaksi Pengikatan dan pelepasan unsur oksigen
    Reaksi oksidasi (pengoksigenan) adalah peristiwa penggabungan suatu zat dengan oksigen.
Contoh:
    Si  +  O2        SiO2
    4 Fe  +  3 O2       2 Fe2O3
    Reaksi oksidasi logam dikenal juga dengan nama perkaratan. Reaksi pembakaran juga termasuk reaksi oksidasi, misalnya pembakaran minyak bumi, kertas, kayu bakar, dll.
    Reaksi reduksi adalah peristiwa pengeluaran oksigen dari suatu zat.
Contoh:
    2 CuO      →  2 Cu  + O2
    H2O        H2   + O2

2.  Reaksi pelepasan dan pengikatan elektron
    Reaksi oksidasi dan reduksi juga dapat dibedakan dari pelepasan dan penangkapan elektron.
    Oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron
Contoh:
    Na        Na +  +  e
    Zn        Zn +2    + 2e
    Al        Al +3    + 3e
    Reduksi adalah peristiwa penangkapan elektron
Contoh:
    Na +  + e      Na
    Fe +3  + e      Fe +2
Dari konsep kedua ini dapat disimpulkan bahwa reaksi oksidasi dan reduksi tidak hanya hanya melibatkan reaksi suatu zat dengan oksigen.

3. Reaksi penambahan dan pengurangan bilangan oksidasi
    Oksidasi adalah peristiwa naiknya / bertambahnya bilangan oksidasi suatu unsur, sedangkan reduksi adalah peristiwa turunnya / berkurangnya bilangan oksidasi.

B. BILANGAN OKSIDASI
    Bilangan oksidasi ( biloks) disebut juga tingkat oksidasi. Bilangan oksidasi diartikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom dalam keadaan bebas atau dalam senyawa yang dibentuknya.
    Bilangan oksidasi suatu unsur dapat ditentukan dengan aturan berikut:
1. Biloks atom dalam unsur adalah nol
    Contoh  Na, Fe, O2 , H2  memiliki biloks nol
2. Total biloks senyawa adalah nol
    Contoh H2O, NaOH, CH3COOH, KNO3 total biloksnya adalah nol
3. Biloks ion sesuai dengan muatannya
    Contoh  Na +1 ( = +1),  O -2 ( = -2),  Fe +3  (= +3)
4. Biloks unsur golongan I A dalam senyawanya adalah + 1
    Contoh Biloks atom Na dalam NaCl adalah + 1
5. Biloks unsur golongan II A dalam senyawanya adalah + 2
    Contoh: Biloks  Ca dalam CaCO3  adalah + 2
6. Biloks unsur golongan VII A dalam senyawa binernya adalah – 1
    Contoh: Biloks F dalam senyawa KF dan BaF2 adalah – 1
7. Biloks unsur oksigen dalam senyawanya adalah – 2
    Contoh dalam H2O, Na2O, Al2O3
8. Biloks unsur hydrogen dalam senyawanya adalah + 1
    Contoh dalam H2O, HCl, H2SO4
Catatan Penting:
    Biloks H = -1 dalam senyawa hidrida misal NaH, LiH, CaH2
    Biloks O = -1 dalam senyawa peroksida misal H2O2

C. OKSIDATOR DAN REDUKTOR
    Oksidator adalah istilah untuk zat yang mengalami reduksi (biloksnya turun), sedangkan Reduktor adalah zat yang mengalami reaksi  oksidasi (biloksnya naik/bertambah).
Contoh:
Pada reaksi      2Na    + 2H2O       2NaOH   + H2
Reduktor adalah Na sebab biloksnya naik dari 0 ke +1
Oksidator adalah H2O sebab biloks H berubah dari +1 ke 0

Cara Memberi Nama Senyawa Kimia
1. Penamaan Senyawa Biner Ionik
Untuk penamaan senyawa biner ionik yang dibentuk dari satu unsur logam dan satu unsur bukan logam, mula-mula dituliskan nama logam tanpa modifikasi dan diikuti dengan penamaan unsur bukan logam melalui pemberian akhiran ‘ida’.
KCl : Kalium klorida
MgF2: Magnesium fluorida
KO : Kalium oksida
Ada dua sistem penulisan yang umum dipergunakan :
  1. Penamaan dengan penulisan bilangan oksidasi memakai angka romawi (SISTEM STOCK).
  2. Penamaan dengan sistem akhiran ‘O’ untuk kation dengan bilangan oksidasi yang lebih rendah, akhiran ‘i’ untuk kation dengan bilangan oksidasi yang lebih tinggi.
Contoh
Rumus Molekul Sistem Stock Sistem Akhiran
CrCl2Kromium (II) klorida Kromo klorida
CrCl3 Kromium (III) klorida Kromi klorida
2. Penamaan Senyawa Biner Kovalen
Penamaan senyawa biner kovalen yang terdiri dari unsur non-logam dengan unsur non-logam, mula-mula dituliskan unsur dengan bilangan oksidasi positif. Misalnya kita tuliskanHCl bukannya CIH. Penamaan dilakukan dengan dasar pemberian awal yang menyatakan jumlah relatif tiap jenis atom dalam sebuah molekul pemberian awalan dengan mempergunakan
mono 1 hepta 7
di (bis) 2 okta 8
tri (tris) 3 ona 9
tetra (tetrakis)4 deka 10
penta (pentakis)5 undeka 11
heksa (heksakis)6 dodeka 12
Awalan yang berada dalam kurung kini jarang dipergunakan dan lebih banyak dipakai
dalam penamaan senyawa kompleks. Jadi untuk dua oksida utama belerang dapat kita tulis
S02 : belerang dioksida atau berdasarkan sistem stock : belerang (IV) oksida
SO,belerang trioksida atau berdasarkan sistem stock : belerang (VI) oksida
Sistem awalan dapat menunjukkan hubungan antara nama dan rumus dengan tepat, sedangkan sistem stock ternyata tak selalu dapat menampakkan hubungan nama dan rumus.
3. Penamaan Asam-asam Biner
Adasegolongan senyawa biner kovalen yang dalam keadaan tertentu dapat melepaskan ion-ion hidrogen (H+) sehingga senyawa tersebut dikenal sebagai suatu ‘asam’. Asam-asam biner penting sangat terbatas jumlahnya. Penamaannya berdasarkan gabungan dari awalan ‘hidro’ dengan nama bukan logam yang diberi akhiran ‘at’.
Contoh:
HF asam hidrofluorat (asam fluorida)
HBr asam hidrobromat (asam bromat)
H2S asam hidrosulforat (asam sulfida)
4. Penamaan Senyawa Poliatomik
Senyawa poliatomik merupakan senyawa yang mengandung ion poliatomik. Ionpoliatomik terdiri dari dua atom atau lebih yang terikat bersama. Anion poliatomik umumnyalebih banyak dibandingkan dengan jenis kation pliatomik. Unsur yang banyak terdapat pada anion pliatomik adalah oksigen. Oksigen yang terikat dengan atom bukan logam lainnyadisebut oksoanion.. Sejumlah unsur tertentu membentuk deret oksoanion yang mengandung jumlah atom oksigen yang berbeda-beda. Tabel kation dan anion
Tabel Anion

No
Rumus
Nama Ion
No
Rumus
Nama Ion
1
NH4+
Amonium
19
AsO33-
Arsenit
2
O2-
Oksida
20
AsO43-
Arsenat
3
F–
Florida
21
SbO33-
Antimonit
4
Cl–
Klorida
22
SbO43-
Antimonat
5
Br–
Bromida
23
ClO–
Hipoklorit
6
I–
Iodida
24
ClO2–
Klorit
7
CN–
Sianida
25
ClO3–
Klorat
8
S2-
Sulfida
26
ClO4–
Perklorat
9
CO32-
Karbonat
27
MnO4–
Permanganat
10
SiO32-
Silikat
28
MnO42-
Manganat
11
C2O42-
Oksalat
29
CrO42-
Kromat
12
CH3COO/C2H3O2–
Asetat
30
Cr2O72-
Dikromat
13
SO32-
Sulfit
31
OH–
Hidroksida
14
SO42-
Sulfat
32
HSO3–
Bisulfit
15
NO2–
Nitrit
33
HPO42-
Hidrogen Fosfat
16
NO3–
Nitrat
34
H2PO4–
Dihidrogen Fosfat
17
PO33-
Fosfit
35
BO33-
Borat
18
PO43-
Fosfat



Tabel Kation
No
Rumus
Nama Ion
No
Rumus
Nama Ion
1
Na+
Natrium
13
Pb2+
Plumbum/Timbal (II)
2
K+
Kalium
14
Pb4+
Plumbum/Timbal (IV)
3
Mg2+
Magnesium
15
Fe2+
Ferrum/Besi (II)
4
Ca2+
Kalsium
16
Fe3+
Ferrum/Besi (III)
5
Sr2+
Stronsium
17
Hg+
Hidrargium/Raksa (I)
6
Ba2+
Barium
18
Hg2+
Hidrargium/Raksa (II)
7
Al3+
Alumunium
19
Cu+
Cupper/Tembaga (I)
8
Zn2+
Zink / Seng
20
Cu2+
Cupper/Tembaga (II)
9
Ni2+
Nikel
21
Au+
Aurum/Emas (I)
10
Ag2+
Argentum / Perak
22
Au3+
Aurum/Emas (III)
11
Sn2+
Stanum/Timah (II)
23
Pt4+
Platina (IV)
12
Sn4+
Stanum/Timah (IV)



Penamaan senyawa poliatom bergantung pada muatan masing-masing ionnya. Contohnya
CaCO3 : Kalsium Karbonat
BaSO4 : Barium Sulfat

5.    Penamaan Senyawa Organik  Sederhana
Golongan
(Rumus Umum)
Rumus
Molekul
Nama
Rumus
Molekul
Nama
Alkana (CnH2n+2)



Alkena (CnH2n)
CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
C2H4
C3H6
C4H8
C5H10
C6H12
Metana
Etana
Propana
Butana
Pentana
Etena
Propena
Butena
Pentena
heksena
C6H14
C7H16
C8H18
C9H20
C10H22
C7H14
C8H16
C9H18
C10H20
Heksana
Heptana
Oktana
Nonana
Dekana
Heptena
Oktena
Nonena
dekena









DAFTAR PUSTAKA

http://mercubuana.ac.id/files/KimiaTeknik/16002_kimia_teknik_modul_04.pdf
https://mediabelajaronline.blogspot.co.id/2010/03/reaksi-reduksi-dan-oksidasi.html
https://blognyedewi.wordpress.com/tag/susunan-berkala-mendeleev-dan-meyer/
                                                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KIMIADASARUNJA'17

REVIEW KIMIA DASAR LUSI SULISTIANI RRA1C217001 DOSEN PENGAMPU : Dr. YUSNELTI M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMA...