Minggu, 12 November 2017

KIMIADASARUNJA'17



MAKALAH KIMIA DASAR
PERTEMUAN 7

LUSI SULISTIANI
RRA1C217001

DOSEN PENGAMPU :
Dr. YUSNELTI M.Si


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017





DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................
Daftar isi...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4
1.1.       Latar Belakang.............................................................................. 4
1.2.       Tujuan............................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 5
2.1.       Reaksi Redoks dalam Larutan (Membuat setimbang)................... 5
2.1.1    Penyetaraan Reaksi Redoks................................................ 5
2.2.        Persamaan Reaksi dengan Ion Elektron....................................... 7
2.3.        Stoikiometri dan Reaksi Ion......................................................... 10
2.4.       Analisis Kimia dan Titrasi............................................................. 12
2.5.       Berat Ekuivalen dan Normalitas.................................................... 15
BAB II PENUTUP ......................................................................................... 18
3.1.1   Kesimpulan ................................................................................... 18
3.1.2   Saran.............................................................................................. 18







KATA PENGANTAR

            Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat meyelesaikan makalah yang mengenai “Reaksi redoks dalam larutan yang membuat setimbang,persamaan reaksi dengan ion elektron,Stoikiometri dan reaksi ion,Analisis kimia dan titrasi, Serta berat ekuivalen dan normalitas”Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Kimia Dasar. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dalam penyajiannya, maupun penguraiannya. Karena itu saran dan masukan sangat dibutuhkan sebagai respon dari pembaca agar kedepannya penulis bisa meyajikan makalah yang lebih baik lagi.
            Semoga makalah yang telah penulis buat ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca. Dan tentunya dapat menunjang dalam pembelajaran Kimia. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang telah memberikan dukungannya baik secara materiil maupun imateriil.
                                                         


                                                                                                                                                                                                           Jambi,  9 November 2017







BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Elektrokimia merupakan cabang dari ilmu kimia yang secara khusus mempelajari hubungan listrik dan reaksi kimia. Proses-proses elektrokimia merupakan reaksi redoks (oksidasi-reduksi) di mana energi yang dihasilkan dari reaksi spontan dikonversi menjadi energi listrik atau di mana energi listrik digunakan untuk mendorong suatu reaksi nonspontan untuk terjadi.Penyelesaian persamaan reaksi redoks yang melibatkan ion-ion dalam larutan dilakukan dengan metode ion elektron atau metode setengah reaksi. Penyetaraan melalui metode ini dilakukan dengan menyetarakan setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi secara terpisah lebih dahulu, kemudian baru dijumlahkan.Reaksi kimia bisanya berlangsung antara dua campuran zat bukannya antara dua zat murni. Satu bentuk yang paling lazim dari campuran adalah larutan. Di alam sebagian besar reaksi berlangsung dalam larutan air. Sebagi contoh, cairan tubuh baik tumbuhan maupun hewan merupakan larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tanah pun reaksi pada umumnya berlangsung dalam lapisan tipis larutan yang diadopsi pada padatan.
Perhitungan kimia untuk reaksi yang berhubungan dalam larutan disebut juga stokiomeri.


1.2  Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
·         Mengetahui reaksi redoks dalam larutan (membuat setimbang)
·         Mengetahui persamaan reaksi dengan ion-elektron
·         Mengetahui apa itu stoikiometri dari reaksi ion
·          Mengetahi cara analisis kimia dan titrasi
·         Mengetahui berat ekuivalen dan normalitas.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 REAKSI REDOKS DALAM LARUTAN : MEMBUAT SETIMBANG
Penyetaraan Reaksi Redoks
Reaksi redoks dikatakan setara bila memenuhi dua syarat yaitu :
·         Jumlah atom sebelum reaksi ( reaktan )  jumlah atom sesudah reaksi ( produk )
·         Jumlah muatan sebelum reaksi (reaktan)  jumlah muatan sesudah reaksi ( produk)

Penyetaraan reaksi redoks dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
·         Cara Bilangan Oksidasi
·         Cara Setengah Reaksi ( Cara Ion-Elektron )

·         Metode Perubahan Biloks

1. Menentukan biloks masing-masing substansi dan mengidentifikasi atom/ion mana yang mengalami perubahan biloks.

2. Menuliskan jumlah elektron yang dilepaspada oksidasi dan jumlah elektron yang diterima pada reduksi berdasarkan jumlah perubahan biloks (bisa dibantu dengan menggambar garis antara atom/ion yang mengalami oksidasi dan yang mengalami reduksi)
 

3.Menghitung koefisien reaksi reaktan dengan bilangan bulat terkecil yang dapat menyetarakan jumlah elektron yang ditransfer selama oksidasi dan selama reduksi, lalu menyetarakan koefisien reaktan dan produk.


4. Menyetarakan atom O dengan H2O(l), lalu menyetarakan atom H dengan H+(aq)

Untuk reaksi redoks dalam larutan suasana basa:

5.Menambahkan OH(aq) pada reaktan dan produk dengan jumlah sesuai dengan jumlah H+(aq)


6. Mengkombinasi H+(aq) dan OH(aq) pada sisi yang sama membentuk H2O(l), dan menghilangkan jumlah H2O(l) yang sama pada kedua sisi
 

·         Metode Setengah-Reaksi (metode ion-elektron)

1. Membagi persamaan reaksi ke dalam 2 setengah-reaksi: oksidasi dan reduksi
 

2. Menyetarakan atom-atom selain H dan O pada masing-masing setengah-reaksi


3. Menyetarakan atom O dengan H2O(l), lalu menyetarakan atom H dengan H+(aq)


4. Menyetarakan muatan dengan elektron (e)


5. Mengalikan koefisien masing-masing setengah-reaksi dengan bilangan bulat tertentu agar jumlah eyang dilepas dalam setengah-reaksi oksidasi sama dengan jumlah e yang diterima dalam setengah-reaksi reduksi


6. Menggabungkan kedua setengah-reaksi yang sudah setara tersebut menjadi satu persamaan reaksi, lalu menghilangkan jumlah spesi-spesi yang sama pada kedua sisi


Untuk reaksi redoks dalam larutan suasana basa:

7. Menambahkan OH(aq) pada reaktan dan produk dengan jumlah sesuai dengan jumlah H+(aq)


8. Mengkombinasi H+(aq) dan OH(aq) pada sisi yang sama membentuk H2O(l), dan menghilangkan jumlah H2O(l) yang sama pada kedua sisi

2.2 PERSAMAAN REAKSI DENGAN ION – ELEKTRON
 
Penyelesaian persamaan reaksi redoks yang melibatkan ion-ion dalam larutan dilakukan dengan metode ion elektron atau metode setengah reaksi. Penyetaraan melalui metode ini dilakukan dengan menyetarakan setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi secara terpisah lebih dahulu, kemudian baru dijumlahkan.
Perhatikan contoh penyetaraan persamaan reaksi berikut dengan metode ion elektron. Penyetaraan reaksi redoks yang berlangsung pada suasana asam agak berbeda dengan suasana basa.
Contoh Soal 2.1:
Setarakanlah  reaksi redoks berikut ini yang berlangsung dalam suasana asam !
ClO-   +     I-      -->         Cl-   +      I2
 Penyelesaian :
Secara bertahap dilakukan:
Tuliskan secara terpisah persamaan reaksi masing-masing ion yang mengalami perubahan (menjadi setengah reaksi):
             I-  -->I2
ClO-   -->  Cl-
Setarakan jumlah atom ruas kiri dan ruas kanan reaksi dari masing-masing setengah reaksi. Pada suasana asam : tambahkan H2O pada ruas yang kekurangan oksigen, dan tambahkan ion H+ pada ruas yang berlawanan sehingga jumlah atom O setara.
   2I- --> I2
ClO-  +   2 H+   --> Cl-   + H2O
Setarakan muatan listrik dengan menambahkan elektron (dilambangkan e-) di ruas kiri dan kanan.
         2 I- -->     I2 + 2 e-
ClO- + 2 H+ + 2 e  -->Cl- + H2O
(Sekarang dapat terlihat mana reaksi reduksi dan mana reaksi oksidasi , bukan)
Jumlahkan kedua setengah reaksi itu kemudian kurangi elektron pada ruas-ruas yang berlawanan, demikian pula ion/atom yang sejenis (hilangkan/coret  bagian yang sama pada ruas kiri dan kanan)
2 I- -->I2­ + 2 e- (reaksi oksidasi) 
 ClO- + 2 H+ + 2 e- --> Cl- + H2O  (reaksi reduksi)
2 I-+ Cl- + 2 H+ -->  I2  +  Cl- +  H2O       
Diperoleh persamaan reaksi redoks setara
2I- +   ClO-  +   2 H+   --> I2  +Cl-   + H2O
(Periksa  apakah jumlah atom di ruas kiri dan kanan jumlahnya sama ! Jika sudah sama berarti persamaan reaksi redoks itu telah setara)
Contoh soal 2.2 :
Setarakan reaksi redoks berikut ini yang berlangsung dalam suasana basa !
Br2 + Zn2+ --> BrO3‑  + Zn
Secara bertahap dilakukan:
Tuliskan secara terpisah persamaan reaksi masing-masing ion yang mengalami perubahan (menjadi setengah reaksi):
  Br2   --> BrO3-
Zn2+   -->   Zn
Setarakan jumlah atom ruas kiri dan ruas kanan reaksi dari masing-masing setengah reaksi . Pada suasana basa : tambahkan H2O pada ruas yang kelebihan oksigen, sebanyak  kelebihan atom O itu dan tambahkan ion OH- pada ruas yang berlawanan sehingga jumlah atom O setara.
        Br2   +  12 OH- -->  2 BrO3-  +  6H2O
Zn2+   -->  Zn
Setarakan muatan listrik dengan menambahkan elektron (dilambangkan e-) di ruas kiri dan kanan.
        Br2   +  12 OH- -->2 BrO3-  +  6H2O +  10e-
Zn2+  + 2e-  -->  Zn
Jumlahkan kedua setengah reaksi itu dengan menyetarakan dulu jumlah elektronnya. Pada setengah reaksi yang pertama ada 10e-, pada setengah reaksi yang kedua ada 2e-. Agar jumlah elektron kedua setengah reaksi itu sama, harus dikalikan bilangan yang menghasilkan jumlah elektron yang sama, seperti berikut :
              Br2   +  12 OH- --> 2 BrO3-  +  6 H2O +  10e-        (dikalikan 1)
Zn2+  + 2e-  -->  Zn                                                    (dikalikan 5)
Sehingga diperoleh :
Br2   +  12 OH-            --> 2 BrO3-  +  6 H2O +  10e-        
5 Zn2+  + 10e-   --> 5 Zn                     
5 Zn2+  + Br2   + 12 OH-   -->    5 Zn + 2 BrO3-  +  6 H2O 
Diperoleh persamaan reaksi redoks setara
5 Zn2+  + Br2   + 12 OH-   -->    5 Zn + 2 BrO3-  +  6 H2O
2.3 STOIKIOMETRI DARI REAKSI ION
Stoikiometri berasal dari dua suku kata bahasa Yunani yaitu Stoicheion yang berarti “unsur” dan Metron yang berarti “pengukuran”.
Stoikiometri adalah suatu pokok bahasan dalam kimia yang melibatkan keterkaitan reaktan dan produk dalam sebuah reaksi kimia untuk menentukan kuantitas dari setiap zat yang bereaksi.Stoikiometri merupakan pokok bahasan dalam ilmu kimia yang mempelajari tentang kuantitas zat  dalam suatu reaksi kimia.


·         Penyetaraan Reaksi Kimia
Reaksi kimia sering dituliskan dalam bentu persamaan dengan menggunakan simbol unsur. Reaktan adalah zat yang berada di sebelah kiri, dan produk ialah zat yang berada di sebelah kanan, kemudian keduanya dipisahkan oleh tanda panah (bisa satu / dua panah bolak balik). Contohnya:
2Na(s)+HCl(aq)→2NaCl(aq)+H2(g)
Persamaan reaksi kimia itu seperti resep pada reaksi, sehingga menunjukkan semua yang berhubungan dengan reaksi yang terjadi, baik itu ion, unsur, senyawa, reaktan ataupun produk. Semuanya.
Jika diperhatikan lagi, maka jumlah atom H pada reaktan(kiri) belum sama dengan jumlah atom H pada produk(kanan). Maka reaksi ini perlu disetarakan. Penyetaraan reaksi kimia harus memenuhi beberapa hukum kimia tentang materi.

·         Hukum Kekekalan Massa

Hukum Kekelan Massa : Massa produk sama dengan massa reaktan

·         Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)

Hukum Perbandingan Tetap : Senyawa kimia terdiri dari unsur-unsur kimia dengan perbandingan massa unsur yang tetap sama.

·         Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)

Hukum Perbandingan Berganda : Jika suatu unsur bereaksi dengan unsur lainnya, maka perbandingan berat unsur tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana
 Jadi dari persmaaan:
2Na(s)+2HCl(aq)→2NaCl(aq)+H2(g)
Kita dapat mengetahui bahwa 2 mol HCl bereaksi dengan 2 mol Na untuk membentuk 2 mol NaCl dan 1 mol H2. Dengan penyetaraan reaksi ini, maka dapat diketahui kuantitas dari setiap zat yang terlibat dalam reaksi.
Oleh karena itulah penyetaraan reaksi ini sangat penting dalam menyelesaikan permasalahan stoikiometri.

 

Contoh Soal yang Melibatkan Perhitungan Stoikiometri Kimia

Propana terbakar dengan persamaan reaksi:
C3H8+O2→H2O+CO2
Jika 200 g propana yang terbakar, maka berapakah jumlah H2O yang terbentuk?
Jawab:

Pertama: Setarakan persamaan reaksinya!
C3H8+5O2→4H2O+3CO2
Kedua: Hitung mol C3H8!
mol=m/Mr -> mol= 200 g/ 44 g/mol ->mol= 4.54 mol

Ketiga: Hitung rasio H2O : C3H8 -> 4:1 (*berdasar perbandingan koefisien pada persamaan reaksinya)
Kempat: Hitung mol H2O dengan perbandingan
mol H2O : 4 = mol C3H8 : 1
-> mol H2O : 4  = 4.54 mol : 1
-> mol H2O = 4.54 x 4= 18.18 mol

Kelima : Konversi dari mol ke gram.
mol= m/Mr -> m= mol x Mr -> m= 18.18 mol x 18 = 327.27 gram.
2.4 ANALISIS KIMIA DAN TITRASI
Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisa titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standarisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisa titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisa volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas.
Titrasi merupakan analisa jenis volumetri, yang mana suatu sampel yang akan diketahui konsentrasinya direaksikan dengan suatu bahan lain yang diketahui jumlah Molaritas (M) atau Normalitas (N) zat itu dengan tepat. Bahan tersebut umumnya berupa larutan, yang komposisi dan konsentrasinya telah diketahui dengan teliti dan tepat, larutan ini dinamakan dengan larutan baku. Bila yang terkandungnya memiliki kemurnian yang tinggi, stabil, penanganannya mudah, maka disebut sebagai bahan baku primer. Larutan baku ini ditambahkan dari buret (titrant) sedikit demi sedikit ke larutan erlenmayer (titrat), sampai jumlah za-zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Dalam titrasi diperlukan suatu penunjuk titik akhir yang biasa disebut dengan istilah Indikator. Indikator adalah senyawa organik (umumnya) atau anorganik yang digunakan dalam titrasi untuk menentukan dan menunjukkan titik akhir suatu titrasi. Dalam pemakaiannya, indikator ada memberikan warna pada larutan misalnya pada Kompleksometri atau juga berupa suatu endapan ini pada titrasi Argentometri.
1.      Dalam titrasi ada pula yang tidak memerlukan indikator sebagai penunjuk titik akhir titrasi, hal ini memungkinkan karena zat asalnya yang berwarna dan memiliki perbedaan warna pada awal titrasi dengan warna akhir titrasi yang cukup kontras dan mencolok, sebagai contoh pada titrasi Permanganometri yang memiliki larutan titer yang berwarna ungu dengan warna merah muda pucat pada titik akhir titrasi. Istilah yang sering digunakan adalah Autoindikator.
Bila suatu indikator dalam suatu titrasi kita pergunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka :
Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi (yakni selisih antara titik akhir dan titik ekivalen). Untuk memenuhinya maka trayek indikator harus mencakup pH larutan pada titik ekivalen, atau sangat mendekatinya.
2.      Perubahan warna harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan. Untuk memenuhinya maka trayek indikator harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva titrasi.
1.      Titrasi Asam kuat  dengan Basa kuat
memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa
kebanyakan prosedur yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa adalah titrasi asam-basa. Dalam titrasi asam-basa, sejumlah volume tertentu suatu asam atau basa yang telah diketahui konsentrasinya secara pasti direaksikan dengan sejumlah volume tertentu suatu basa atau asam yang konsentrasinya belum diketahui.
Reaksi antara asam kuat dan basa kuat merupakan reaksi netralisasi antara ion H+ dan ion OH– membentuk molekul air (H2O) sehingga pada saat titik ekuivalen dicapai pH larutan = 7.
HCl(aq)             H+(aq)  +  Cl–(aq)
NaOH(aq)              OH–(aq)  + Na+(aq)

2.         Titrasi Asam lemah dengan Basa kuat

 Reaksi antara asam lemah dengan basa kuat akan menghasilkan garam yang bersifat basa sehingga pada saat titik ekuivalen dicapai pH larutan > 7. Misalnya, reaksi antara CH3COOH dengan NaOH membentuk CH3COONa dan air.
     Grafik pH versus volume NaOH yang ditambahkan (mL), akan dihasilkan kurva titrasi asam lemah–basa kuat seperti diilustrasikan di atas.

3.        Titrasi asam lemah poliprotik
Pada reaksi ionisasi asam diprotik (melepaskan 2 ion hidronium) maupun asam poliprotik (melepaskan lebih dari 2 ion hidronium), terjadi pelepasan ion hidronium secara bertahap. Dengan demikian, asam tersebut memiliki beberapa nilai Ka yang berbeda
Asam sulfat H2SO4 adalah asam diprotik karena dapat melepas dua proton dalam dua tahap. Untuk asam poliprotik, didefinisikan lebih dari satu konstanta disosiasi. Konstanta disosiasi untuk tahap pertama dinyatakan sebagai K1, dan tahap kedua dengan K2.
Bila dibandingkan dengan tahap ionisasi pertamanya yang mengeluarkan proton pertama, ionisasi kedua, yakni pelepasan proton dari HSO4-, kurang ekstensif. Kecenderungan ini lebih nampak lagi pada asam fosfat, yang lebih lemah dari asam sulfat. Asam fosfat adalah asam trivalen dan terdisosiasi dalam tiga tahap berikut:
H3PO4   H+ + H2PO4-, K1 = 7,5 x 10-3 mol dm-3 (9.28)
H2PO4-   H+ + HPO42-, K2 = 6,2 x 10-8 mol dm-3 (9.29)
HPO42-   H+ + PO43-, K3 = 4,8 x 10-13 mol dm-3 (9.30)
Data ini menunjukkan bahwa asam yang terlibat dalam tahap yang berturutan semakin lemah. Mirip dengan ini, kalsium hidroksida Ca(OH)2 adalah basa divalen karena dapat melepas dua ion hidroksida.
•        Titrasi asam poliprotik dengan suatu basa
•        H2B+ OH- ↔ H2O+ B- Ka1
•        HB-+ OH- ↔ H2O+ B2-Ka2
       H2B+ 2OH- ↔ 2H2O+ B2-

Pembagian Indikator dalam titrasi :
1)      Indikator Asam Basa (Acid Base Indicators)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Asidimetri dan alkalimetri.
2)       Indikator Pengendapan dan Adsorpsi.
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi presipitimetri seperti pada Argentometri.
3)       Auto indikator.
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Iodometri, Permanganometri, Iodimetri dan Bromatometri.
4)       Indikator Redoks
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Bromatometri, Serimetri, dan titrasi K2Cr2O7, Iodimetri dan Iodometri.
5)       Indikator dalam (Internal Indicator)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Nitrimetri
6)       Indikator luar (Eksternal Indicator)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Nitrimetri
7)       Indikator Metal (Metalochromatic Indicators)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Kompleksometri dan Kelatometri.

2.5 BERAT EKIVALEN DAN NORMALITAS
Dalam satuan kimia , ada beberapa satuan khusus yang tidak akan kita temukan dalam kehidupan sehari hari. Dari awal kita belajar kimia, kita akan diperkenalkan dengan satuan satuan tersebut. Beberapa satuan tersebut diantanya ialah:
mol , yaitu satuan kimia untuk menyatakan suatu zat kimia
Molaritas , yaitu satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol per satuan Volum (untuk lebih memahami molaritas.
Molalitas, yaitu satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah zat terlarut dalam satuan berat.
Normalitas adalah satuan konsentrasi yang sudah memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. 
dan yang berbeda dari Normalitas ini, ialah adanya perhitungan BE atau Berat Ekivalen.  Oleh karena itu ada definisi tambahan untuk Normalitas. Normalitas didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan dengan satuan N
Berikut ialah rumus Normalitas (N) :
N=\frac{gram zat terlarut}{BE} \times \frac{1000}{mL Larutan}
Lalu darimana kita mendapatkan BE atau Berat Ekivalen tersebut ?
Berat Ekivalen  ini sebenernya ialah Mr yang telah di pengaruhi oleh reaksi berdasarkan lepas atau  diterimanya atom H.
Rumus Berat Ekivalen adalah :
BE = Mr / Banyaknya atom H yang di lepas atau di terima

Contohnya

HCl Hanya memiliki 1 H maka Mr HCl = BE HCl
sedangkan, H2SO4 memiliki 2 H maka Mr H2SO4 = 2 BE H2SO4
dan seterusnya.
Selain itu, Normalitas masih memiliki perhitungan cara pengenceran yang sama seperti pengenceran untuk Molaritas ,
Yaitu dengan V1.N1 = V2.N2
misalnya : bagaimana cara membuat larutan HCl 1N dari 10 mL HCl 5N ?
10 x 5 = V2 x 1 maka V2 = 50 ml


BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stoikiometri adalah suatu pokok bahasan dalam kimia yang melibatkan keterkaitan reaktan dan produk dalam sebuah reaksi kimia untuk menentukan kuantitas dari setiap zat yang bereaksi.Stoikiometri merupakan pokok bahasan dalam ilmu kimia yang mempelajari tentang kuantitas zat  dalam suatu reaksi kimia. Sedangkan Proses-proses elektrokimia merupakan reaksi redoks (oksidasi-reduksi) di mana energi yang dihasilkan dari reaksi spontan dikonversi menjadi energi listrik atau di mana energi listrik digunakan untuk mendorong suatu reaksi nonspontan untuk terjadi. Titrasi adalah suatu metoda analisa kimia yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu reaktan. Titrasi juga dapat diartikan sebagai perubahan secara berangsur-angsur suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat pada larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui sampai reaksi kimia di antara kedua larutan itu selesai
3.2 Saran
               Dalam melakukan penyetaraan reaksi redoks harus lah diperhatikan dengan baik agar mendapat hasil yang akurat serta dalam melakukan analisis kimia dan titrasi.







DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KIMIADASARUNJA'17

REVIEW KIMIA DASAR LUSI SULISTIANI RRA1C217001 DOSEN PENGAMPU : Dr. YUSNELTI M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMA...